Di sebuah desa, hiduplah seorang dara cantik bernama Jamilah. Dia adalah sosok wanita idaman yang menjadi bunga desa di kampungnya. Wajahnya ayu, putih, dan bersih sekali. Terlihat pandai mengurus diri. Senyum Jamilah bisa membuat jantung setiap pria berdegup tak berirama. Tutur sapanya yang lembut dan sikapnya yang ramah, membuat ia jadi primadona. Kebaikan hatinya pun seakan tak pernah habis dimakan usia. Setiap orang yang kesusahan bisa dibantu secara materi atau kadang dengan pemikiran atau tenaga. Tidak heran, banyak mata lelaki yang menaruh hati kepada Jamilah.
Jamilah memiliki kekasih hati yang berada jauh di seberang sana. Memang Jamilah ini tipe setia. Setiap pria yang datang kepadanya, dan ingin jadi kekasihnya, selalu ditolaknya secara halus. Termasuk Rian yang sebulan ini sangat memperhatikannya. Rian ingin tahu perasaan jamilah kepadanya. Saat ada kesempatan untuk berdua, Rian memberanikan diri untuk mengatakan perasaannya kepada Jamilah.
"Jamilah, aku sangat menyayangimu. Maukah kau jadi kekasihku?" kata Rian pada suatu ketika.
"Maaf, Rian. Aku sangat menghargai perasaanmu. Tapi, hatiku sudah dimiliki oleh orang lain," jawab Jamilah.
"Siapa itu? Mengapa kau tak pernah berkata tentang kekasihmu kepadaku?" cecar Rian seakan tidak percaya.
"Apa kau pernah bertanya kepadaku? Belum pernah bukan?" timpal Jamilah.
"Mengapa kau sangat kejam kepadaku Jamilah? Aku pikir, kamu punya perasaan yang sama terhadapku," tukas Rian dengan nada menghiba.
"Rian, selama ini aku memperlakukanmu sama dengan yang lainnya. Aku tak pernah mempermainkan perasaan orang lain. Maafkan aku karena tidak tahu tentang perasaanmu. Maafkan aku juga, tanpa sengaja sudah menyakiti perasaanmu," ucap Jamilah dengan sedih karena Rian telah salah menafsirkan persahabatan mereka.
Tanpa berkat-kata, Rian lalu meninggalkan Jamilah yang duduk tertegun. Ia menahan amarah yang amat membara. Rian sangat menyayangi Jamilah. Ia pun berharap perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan. Tapi apa hendak dikata, perasaannya hancur mendengar Jamilah berkata jujur. Jamilah lebih memilih Arif, kekasihnya yang jauh.
Rasa cintanya berubah jadi rasa benci membuta. Hatinya terbakar api. Api cemburu yang berkobar. Mendidih, menaikkan darahnya ke ubun-ubun.
"Tunggu, Jamilah. Kau pasti akan jatuh ke pelukanku suatu saat," kata Rian dalam hati sambil mengepalkan tangan.
Bersambung***
#Kamismenulis1
Ditunggu kelanjutannya
BalasHapusWah, penasaran yaa? hehe
HapusSiapa sebenarnya Arif?
BalasHapusApakah Mungkin suami dari Jamilah...
Hmmmm
Bersambung. Hehehe
HapusWuidih mantap!
BalasHapusYang benar besan????
HapusOh Jamilah si bunga desa
BalasHapusBetul sekali.. Bunga desa..
HapusWah fiksi juga bu Aam. Mantap.
BalasHapusSedang belajar nih.. Hehe
HapusAduhhhhh membara marahnya Rian.
BalasHapusPenasarn nih kayak apa si Rina marah...
Tak tunggu niyeee
Mantap
Siap bape.. Tunggu kisah berikutnya
HapusAsik nih Bu Aam cerita diksinya. Jadi penasaran apa yang akan terjadi pada jamilah
BalasHapusEh kok cerita diksi. Cerita fiksi maksudnya
HapusSiap Pak Brian.. Tunggu minggu depan ya
HapusJamila si gadis ayu. Jios bu Aam
BalasHapusSiap Bu Dasirah. Ayo semangat
Hapusbisa dan tahu nya kudu masuk ya. Wah keren juga ceritanya. Awas loh bersambung, jadi ditunggu sambungannya.
BalasHapusSiap Pak D.. Coba lagi..
HapusJamilah ini sepertinya Bu aam sendiri, cantik dan putih he he
BalasHapusWah, Mba Uci bisa saja. Sebenarnya ada murid namanya Jamilah. Jadilah terpikirkan jadi tokoh utama.
HapusOh gitu he he
HapusArif itu mungkin mantannya yang buat cerita,,, sori b aam hhhh,,,apa ya yang akan terjadi dgn si jamila,,, sambungannya ditunggu,,, GPL biar tdk lupa,,, sukses selalu
BalasHapusSiap Pak Ahsan. Hehehhe
HapusTerlanjur mute membaca memuncak,...tahunya bersambung. Mana tahan. Salam sukses Bu Aam
BalasHapusSiap, semangat. Hehehe
HapusWah, kalo udah berharap, walaupun harapannya agar tidak bertepuk sebelah tangan, biasanya siap2 kcewa. Eh. Hehehe
BalasHapusSalam, Bu
"Tunggu, Jamilah..."
BalasHapusIh...jd takut nih Bu Aam ☺️
Iya nih, orang cemburu menakutkan.
HapusWaduh..jd menebak2 apa yg akan dilakukan rian yaa
BalasHapusTunggu minggu depan
HapusWah mantaap ni, milai ke non-fiksi, semangat..!!!
BalasHapusKalau novel, fiksi bunda. Klo buku resume itu baru nonfiksi.
Hapus