Kamis, 26 November 2020

KELAS KEPENULISAN#1




*"Kita tidak harus menunggu datangnya inspirasi itu, kita sendirilah yang menciptakannya". - Stephen King*

*Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri". - J.K. Rowling*

*Syarat untuk menjadi penulis ada tiga, yaitu: menulis, menulis, menulis". – Kuntowijoyo*

*Tidak perlu ragu untuk menulis apa pun yang kamu mau, sebab setiap tulisan memiliki penikmatnya sendiri-sendiri".*

4 Kalimat motivasi yang luar biasa, saya dapat dari kuliah perdana bersama komunitas Lagerunal (Cakrawala Blogger Guru Nasional). 


Kalimat motivasi ini disampaikan narasumber hebat, ibu Rita Wati, S.Kom. Sore itu kegiatan berlangsung dari pukul 15.00-17.00 WIB. 


Sangat antusias sekali para peserta hingga beberapa mengirimkan challange  menulis 100 kata dari hal yang pernah dialami. Challange ini dibuat oleh bunda Rita dan peserta diberi waktu 10 menit.  Tentu saja saya pun mengirimkan tantangannya. 


Semua peserta yang mengirimkan tantangan adalah pemenang karena hebat sudah mau menulis apa yang dialami pada saat itu. Bagus semua tulisannya. Saya bangga bisa ikut berperan di dalamnya. 


Dengan mengikuti challange 100 kata, maka terlihat jelas sekali. Siapa yang sering menulis maka 100 kata itu sangatlah mudah. Berbanding dengan yang jarang menulis, 100 kata mungkin akan terasa sangat berat. Tulisan ini mengantarkan saya ke tantangan #Day23NovAISEIWritingChallange


Jamilah#Kamis Menulis

 


Di sebuah desa, hiduplah seorang dara cantik bernama Jamilah. Dia adalah sosok wanita idaman yang menjadi bunga desa di kampungnya. Wajahnya ayu, putih, dan bersih sekali. Terlihat pandai mengurus diri. Senyum Jamilah bisa membuat jantung setiap pria berdegup tak berirama. Tutur sapanya yang lembut dan sikapnya yang ramah, membuat ia jadi primadona. Kebaikan hatinya pun seakan tak pernah habis dimakan usia. Setiap orang yang kesusahan bisa dibantu secara materi atau kadang dengan pemikiran atau tenaga. Tidak heran, banyak mata lelaki yang menaruh hati kepada Jamilah. 

Jamilah memiliki kekasih hati yang berada jauh di seberang sana. Memang Jamilah ini tipe setia. Setiap pria yang datang kepadanya, dan ingin jadi kekasihnya, selalu ditolaknya secara halus. Termasuk Rian yang sebulan ini sangat memperhatikannya. Rian ingin tahu perasaan jamilah kepadanya. Saat ada kesempatan untuk berdua, Rian memberanikan diri untuk mengatakan perasaannya kepada Jamilah. 

"Jamilah, aku sangat menyayangimu. Maukah kau jadi kekasihku?" kata Rian pada suatu ketika.

"Maaf, Rian. Aku sangat menghargai perasaanmu. Tapi, hatiku sudah dimiliki oleh orang lain," jawab Jamilah.

"Siapa itu? Mengapa kau tak pernah berkata tentang kekasihmu kepadaku?" cecar Rian seakan tidak percaya.

"Apa kau pernah bertanya kepadaku? Belum pernah bukan?" timpal Jamilah.

"Mengapa kau sangat kejam kepadaku Jamilah? Aku pikir, kamu punya perasaan yang sama terhadapku," tukas Rian dengan nada menghiba.

"Rian, selama ini aku memperlakukanmu sama dengan yang lainnya. Aku tak pernah mempermainkan perasaan orang lain. Maafkan aku karena tidak tahu tentang perasaanmu. Maafkan aku juga, tanpa sengaja sudah menyakiti perasaanmu," ucap Jamilah dengan sedih karena Rian telah salah menafsirkan persahabatan mereka.

Tanpa berkat-kata, Rian lalu meninggalkan Jamilah yang duduk tertegun. Ia menahan amarah yang amat membara. Rian sangat menyayangi Jamilah. Ia pun berharap perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan. Tapi apa hendak dikata, perasaannya hancur mendengar Jamilah berkata jujur. Jamilah lebih memilih Arif, kekasihnya yang jauh. 

Rasa cintanya berubah jadi rasa benci membuta. Hatinya terbakar api. Api cemburu yang berkobar. Mendidih, menaikkan darahnya ke ubun-ubun. 

"Tunggu, Jamilah. Kau pasti akan jatuh ke pelukanku suatu saat," kata Rian dalam hati sambil mengepalkan tangan.

Bersambung***

#Kamismenulis1


Rabu, 25 November 2020

LOSE TO BE WINNER


CV SIGIT SURYONO, S.Pd., M.Pd.

Sigit Suryono, S.Pd, M.Pd mengajar di SMP N 1 Wonosari, Gunungkidul, DIY, Indonesia. Lahir di Sleman, 20 Nopember 1976 dari pasangan Bapak Giyono SW dan Ibu Waginem. Masa kecil tinggal di Ngawen, Trihanggo, Gamping, Sleman, Yogyakarta.

Pendidikan dimulai di TK Ngawen Trihanggo tahun 1981-1983. Pendidikan dasar di SD Negeri Jambon II, Trihanggo, Sleman pada tahun 1983-1989. Kemudian melanjutkan di bangku SMP Negeri 5 Yogyakarta pada tahun 1989-1992. Pendidikan Menengah penyelesaian di SMU Negeri 1 Sleman jurusan IPA pada tahun 1992-1995. Pendidikan S1 di Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 1995 – 2002 di Fakultas FMIPA jurusan Pendidikan Fisika. Lanjutkan S2 di Program Pascasarjana UNY jurusan Teknologi Pembelajaran dari tahun 2003-2006.

Pada tahun 2006 menikah dengan Dwi Riastuti, M.Pd dan kini telah dikaruniai dua orang anak yaitu:
Muhammad Yunus Baskara
Galuh Ray Rannaa

Aktifitas keseharian sebagai pengajar di SMP Negeri 1 Wonosari Kabupaten Gunungkidul, mengampu mata pelajaran IPA.

Aktifitas lainnya yang telah dilakukan dan sedang dilakukan adalah:
1. Sekretaris Komunitas Rumah Belajar Kemdiknas 2012 – sekarang
2. Sekretaris MGMP TIK Kabupaten Gunungkidul Tahun 2006-2009
3. Ketua II MGMP TIK Kabupaten Gunungkidul 2009 – 2012
4. Anggota Litbang MGMP IPA Kabupaten Gunungkidul 2012-2015
5. Ketua II MGMP IPA Kabupaten Gunungkidul 2015-2017
6. TIM Pengembang TIK Kabupaten Gunungkidul 2009  
7. TIM Pengembang TIK Propinsi DIY 2009  
8. Instuktur, Pelatihan Pembelajaran Multimedia di BTKP Provinsi DIY
9. Instruktur TIK di MGMP IPA Kabupaten Gunungkidul


Aktifitas Saat ini
1. Ketua MGMP IPA SMP Kabupaten Gunungkidul
2. Duta Rumah Belajar Kemdikbud
3. Duta Sains P4TKIPA
4. Penguruas PPII DIY
5. Admin Komunitas Rumah Belajar Kemdikbud


Prestasi lomba yang telah diraih:
1. Kompetisi Guru. Finalis Nasional Tingkat Nasional tahun 2009
2. Finalis Inovasi Pembelajaran Tingkat Nasional SMP 2009.
3. Juara 3 situs web SMP Tingkat Provinsi DIY 2010
4. Juara 1 Situs web SMP tingkat Provinsi DIY 2011
5. Finalis Lomba Media Pembelajaran KI Hajar Penghargaan tingkat Nasional Tahun 2012
6. Juara 1 FIG SMP Tingkat Provinsi DIY Tahun 2013
7. Finalis FIG SMP Tingkat Nasional Tahun 2013
8. Juara 2 Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten Gunungkidul tahun 2013
9. Finalis Lomba Mobile Edukasi tingkat nasional tahun 2014
10. Finalis Lomba Mobile Edukasi tingkat Nasional tahun 2015
11. Juara 1 Guru SMP Berprestasi Tingkat Kabupaten Gunungkidul tahun 2015
12. Juara 1 Guru SMP Berprestasi Tingkat Provinsi DIY Tahun 2015
13. Juara 1 Guru SMP Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2015
14. Penerima Penghargaan dari Kemdikbud dalam Simposium guru tingkat Nasional tahun 2015 atas prestasi sebagai juara 1 Guru SMP Berprestasi TK Nasional tahun 2015.
15. Penerima Anugrah Gubernur DIY tahun 2015 atas prastasi sebagai Juara 1 Guru SMP Berprestasi TK Nasional.
16. Penerima SatyaLencara Bidang Pendidikan dari Presiden RI tahun 2016 atas prestasi sebagai juara 1 guru berprestasi Tingkat Nasional tahun 2015.
17. Menerima Penghargaan Kursus Singkat dari Australia Award Indonesia tahun 2016 di Melbourn dan Sydney.
18. Sebagai Salah Satu Peserta Literasi Tingkat Nasional 2017.
19. Duta Rumah Belajar Tk Nasional Th 2018 dan Duta Rumah Belajar Terinovatif Th 2018.
20. Penerima Anugrah Gubenur DIY tahun 2018 atas prestasi sebagai Duta Rumah Belajar Terinovatif Thn 2018.
21. Penerima Anugrah Alumni Berprestasi Sarjana Adi Manggala Bidang Pendidikan dari UNY pada dies natalis UNY yang ke-56 Tahun 2020.
22. Duta Sains P4TKIPA tahun 2020


Alamat:
Jeruksari Rt 01 / RW 20, Wonosari, Wonosari, Gunungkidul, DIY, Indonesia 55812
Email:
ciget_suryo@yahoo.com
sigit.suryono@gmail.com
Situs web: ciget.info dan inobel.id
fb: www.facebook.com/ssuryono
tweter: ciget95
IG: ciget_suryo



Resume ke 23

Malam ini terasa panjang sekali. Berbagai kisah kegagalan yang dialami Pak Sigit akhirnya mengantarkan beliau menuju puncak kesuksesan. 


Begitu dalamnya kegagalan masa silam dari peringkat akhir di kelas, dan menghabiskan waktu S1  selama 7 tahun, membuatnya bangkit dan mengejar ketertinggalan. Akhirnya dengan waktu 34 bulan bisa lulus S2 dan mendapat nilai IPK 3.8. Nilai yang sangat fantastic. Berbanding terbalik saat S1 IPK hanya 1,2. 


Setiap manusia, pasti pernah merasakan kegagalan. Begitupun saya. Saya pernah gagal mengikuti kelas belajar menulis di gelombang 8 dan mengulang kelas  sampai di gelombang 12. Dari kegagalan yang saya alami akhirnya saya menemukan semangat baru dan motivasi baru untuk dapat berbagi. 


Niat berbagi ilmu dan membantu Omjay menjadi moderator hebat, mengantarkan saya mendapat aliran undangan sebagai moderator di komunitas menulis yang lainnya. Sampai ada yang bertanya, jadi moderator dibayar berapa? 

Orang awam pasti berpikir bahwa menjadi moderator mendapatkan bayaran. Saya hanya tersenyum. Tak lama saya pun membalas chat WA dari teman,  saya menjadi moderator untuk mencari pengalaman. Bukan mencari bayaran. Jawabku singkat.


Dari kisah Pak Sigit tadi, saya dapat mengambil kesimpulan bahwa jadikanlah kegagalan sebagai motivasi diri untuk bangkit dan berbuat lebih baik dari sebelumnya.  Jadikan kegagalan sebagai guru terbaik. Guru yang memberikan pelajaran berharga sehingga catatan kegagalan kita, tercover dengan baik lalu di revisi dan diperbaiki. Kalau ada lomba, tinggal modifikasi sehingga menjadi karya inovatif dikemudian hari.


Terima kasih Pak Sigit atas ilmunya. Semoga teman-teman yang gagal dalam kariernya, bisa memompa semangatnya dan berusaha menjadi lebih baik dari sebelumnya. Semoga sedikit tulisan saya, bisa bermakna untuk Anda. 


Salam blogger inspiratif

Aam Nurhasanah, S.Pd.

#Day24NovAISEIWritingChallange

Selasa, 24 November 2020

Autobiography


Narasumber malam tadi adalah Bapak Suparno, S.Pd., M.Pd. Lahir di Magetan,  25 Juli 1966. Menempuh masa pendidikan,  D3 IKIP SURABAYA, tahun 1989. S1 Universitas  Widya Mandala Madiun tahun 1996,  dan S2 di Unipa  Surabaya, tahun 2008. 

Riwayat Pekerjaan :

CPNS guru  tahun 1992 di SMP 2 Kawedanan PNS tahun 1993. Menjabat kepsek  SMP 3 Kawedanan  tahun 2016. Kepsek SMP 1 Takeran Magetan  tahun 2019 -Sekarang. Beliau merupakan alumni  gelombang 3.

Prestasi yang telah diraih narasumber satu ini adalah  Guru prestasi  juara  2 tingkat kabupaten tahun 2012. Beliau juga sering diundang menjadi narasumber  Nasional Guru Pembelajar  tahun 2016-2018.

Tadi malam, ada dua point inti yang dibahas.  Pertama tentang membuat buku autobiografi. Buku autobiografi adalah buku riwayat hidup yang dibuat berdasarkan perjalanan hidup sendiri. 


Topik materi yang ke dua adalah, bagaimana cara memulai membuat buku.  Caranya gampang sekali loh. Kita bisa membuat buku dari apa yang kita lihat, apa yang kita alami, apa yang kita sukai dan apa yang kita kuasai. Contohnya, kita bisa buat buku dari buku autobiografi. 


Hal yang dilakukan Pak Suparno sebelum membuat buku autobiografi adalah dengan membaca buku. Tokohnya adalah Chairul Tanjung Si Anak Singkong. Beliau adalah satu orang guru hebat yang dahulu mengajar di SMP Lab School. Setelah membaca secara tuntas buku autobiografi tersebut, tercetuslah ide membuat buku riwayat hidup sendiri.  Lahirlah buku yang berjudul "PERJUANGAN HIDUPKU."


Tak sampai di situ, beliau juga membuat buku saat mengikuti kelas belajar menulis saat jadi peserta di gelombang 3. Judul bukunya adalah "Catatan Harian Seorang Kepala Sekolah." Buku ini sangat bagus dan diserbu ratusan peserta. 


Di sesi akhir, Pak Suparno membuat challange untuk menuliskan judul outline dan 10 poin pokok bahasan yang kiranya akan dijadikan sebuah buku. Saya mencoba untuk mengikuti tantangan tersebut. Berikut outline yang saya buat. 



Aam Nurhasanah, Lebak. 

Rencana buku autobiografi


Judul: HARU BIRU PERJALANANKU


1. Merah Putih

2. Putih Biru

3. Putih Abu

4. KAMPUS SEBOED

5. Awal mengajar

6. Wakasekur Penus

7.Kepsek Mahida

8. Kelas Menulis

9. September Ceria

10. Terbitlah buku


Ada 13 peserta yang mengirimkan outline kepada saya. Dengan sportif, diundilah ke 13 nama tersebut dan keluarlah 3 pemenang antara lain 

1. Bu Nurin

2. Bu Astuti

3. Pak Budi Idris

Selamat buat 3 pemenang yang beruntung mendapatkan buku dari Pak Suparno. 



Setelah grup yang sebelumnya saya kunci akhirnya dibuka, satu sama lain memberikan ucapan selamat kepada pemenang.


Seperti mendapat durian runtuh, Pak Suparno berkata seperti ini, "karena bu Aam sudah sportif dan dengan lancar memandu jalannya diskusi malam ini, ibu Aam berhak mendapatkan hadiah juga."


Wah, sontak hati ini loncat kegirangan. Baru kali ini dapat hadiah challange dari narasumber hebat. Tak hanya saya, Omjay pun diberikan hadiah buku juga. Jadi ada 5 kejutan buku yang akan dikirimkan oleh Pak Suparno.


Makin semangat nih mengikuti kelas belajar menulis, meskipun pertemuan ini hanya tinggal menghitung jari. Terimakasih Pak Suparno atas pengalaman yang luar biasa. Semoga para peserta semakin termotivasi dan semakin menginpsirasi. 


Salam blogger inspiratif

Aam Nurhasanah, S.Pd


Cerita ini mengantarkan saya di #Day21NovAISEIWritingChallange












Minggu, 22 November 2020

JEPRIS BERANAK


Jepris beranak, begitulah saya menyebutnya. Jepris adalah istilah keren pemantik api di kampung Saya, tepatnya di Kampung Gajrug.  Jepris ini milik seorang tetangga, Dobleng namanya. Seperti biasa, dia selalu mengisi pulsa ke toko saya. Sedikit lucu kisah si jepris ini. Saya pun mulai kepo dan mencari tahu asal usulnya.



Alkisah, Dobleng adalah seorang perokok. Usut punya usut, setiap dia membeli jepris, selalu hilang atau ketinggalan. Dia akhirnya mencari cara untuk menempelkan jepris yang dibelinya dengan di lem besi (power glue). Ada 7 buah jepris yang dia tempel dan ke tujuhnya ada isinya dan menyala  jika pemantiknya di tekan. 


Si Dobleng bercerita, sejak jeprisnya ditempel begini, akhirnya jeprisnya awet dan tak pernah hilang apalagi raib diambil teman. Cara ini katanya efektif bisa kuat berbulan-bulan. Jika isi jeprisnya sudah habis, si Dableng kembali menempel jeprisnya, sampai keluarlah istilah jepris beranak. 


Dari Cerita jepris ini, hal positif yang dapat saya ambil adalah kreativitas si Dobleng patut diacungi jempol. Dia telah menemukan solusi akan jeprisnya yang selalu hilang diambil orang. 


Nah, begitu pun sama halnya dengan menulis. Pada dasarnya, semua orang memiliki kemampuan dan keterampilan dalam hal menulis. Namun karena kurangnya kemauan dan berbagai kesibukan, selalu dijadikan hambatan.


Jangan jadikan tulisanmu adalah sebuah beban. Tapi, jadikan tulisan sebagai kebutuhan. Tulislah apa yang kamu sukai dan yang kamu kuasai. Percayalah, kamu akan menemukan solusi dan gaya passion tulisanmu sendiri. Semoga bermanfaat ya. 


Salam blogger inspiratif

Aam Nurhasanah, S.Pd. 

#Day20NovAISEIWritingChallange






LAUNCHING LAGERUNAL

 

 


Tadi siang, Sabtu 21 November 2020 merupakan Lounching Komunitas blog baru yaitu LAGERUNAL (Cakrawala Blogger Guru Nasional). Komunitas ini di buat oleh Pak Brian dan Pak Ardi Sucipto. 


Moderator yang membuka acara adalah ibu Rita Wati, S. Kom. Seorang narasumber hebat di kelas belajar menulis alumni gelombang 10. 


Simbol komunitas LAGERUNAL ini adalah sebuah lingkaran yang bercorak bendera merah putih dengan sedikit lingkaran kuning yang melambangkan blogger pemula dan sedikit lingkaran biru yang 
melambangkan blogger senior.Adapun warna merah melambangkan keberanian dan putih melambangkan kebersihan hati. 


Narasumber yang hadir ada 3 yaitu Pak Bambang, Pak Brian dan Pak Ardi Sucipto. Acara ini dihadiri oleh mayoritas guru di seluruh tanah air dan kadatangan tamu agung, seorang blogger nasional, tidak lain adalah Omjay. Beliau menceritakan bahwa senang sekali ada komunitas baru yang akan meramaikan dunia blog. Omjay berpesan, dibutuhkan kerja sama tim yang hebat untuk menjalankan sebuah komunitas baru.


Sangat bangga bisa bergabung di komunitas ini.  Banyak ilmu yang di dapat dan nambah saudara baru.  Meskipun mayoritas yang bergabung di kelas ini adalah seorang guru, namun grup ini sangat terbuka untuk umum. Semoga komunitas ini akan memicu dan memacu semangat para peserta blog agar tetap menjaga konsistensi menulis setiap hari. Aminn


#Day19NovAISEIWritingChallange

Jumat, 20 November 2020

MENULIS, PD AJA LAGI

 


" Nothing is impossible in this world, what we look open to day tomorrow may be accomplished fact. Tidak ada yang mustahil di dunia ini, apa yang kita lihat hari ini, besok bisa jadi kenyataan." (R.A. Kartini)

Kalimat Penutup yang sangat menginspirasi ini telah mengantarkan saya ke resume ke 21 di kelas belajar menulis Om Jay. Saya masih bertugas sebagai moderator hebat yang selalu menemani narasumber hebat dari Bali. 


Narasumber malam ini adalah Ibu  Rita Wati, S. Kom. Beliau mengajar di SMP Negeri 2 Mendoyo, Jembaran, Bali. Beliau juga pernah menjadi Operator dapodik. Sempat tak percaya bisa menyelesaikan tantangan September Ceria bersama Prof. Ekoji.


Bu Rita Wati juga adalah jebolan alumni belajar menulis Omjay gelombang ke 10. Ibu Rita menceritakan kisah menulisnya di mulai saat kuliah dan menginjakan kaki di Yogyakarta tahun 2001. Teman kos adalah seorang penulis. Melihat teman sangat suka menulis, akhirnya muncul keinginan untuk ikut menulis. 


Tahun 2005 kembali tertarik menulis karena saat kuliah serinh diajak menjaga standar bazar buku. Mulai mencoba menulis cerpen yang berujung novel sampai 80 halaman. Tapi saat itu masih malu dan tidak PD menunjukkan tulisan kepada orang lain hingga semua file di beri pasword. 


Wah, pengalaman ini sempat saya rasakan saat masih jadi anggota baru. Masih bingung dan merasa tidak bisa menulis saat di gelombang 8. Sampai saya tertinggal banyak resume dan harus mengulang kelas. 


Berkat kegagalan, akhirnya saya bisa bangkit dari keterpurukan. Saya kembali mengisi energi dan mengejar ketertinggalan. Ada satu hal yang saya ambil dari kisah Bu Rita Wati. 


Bu Rita sangat konsisten dalam menulis. Sampai sekaramg beliau aktif dalam kegiatan AISEI dan Komunitas Cakrawala Blogger Guru Nasional. Beliau juga ditantang menjadi Kurator oleh bu Kanjeng ( Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd.).


Di akhir acara, bu Rita memberikan tantangan menulis resume tentang materi malam ini. Bu Suyati yang terpilih dan menjadi pemenangnya. Sangat bahagia bisa menemani narasumber sampai jam 21.00 WIB. 

Semoga kita bisa konsisten untuk menulis setiap hari seperti Omjay dan ibu Rita Wati. Kisah ini mengantarkan saya di tantangan AISEI ke 18. 


 Salam blogger inspiratif

Aam Nurhasanah, S.Pd. 


#Day18NovAISEIWritingChallange








Kamis, 19 November 2020

SKALA PRIORITAS


Malam ini sejuk sekali melihat foto Omjay memakai peci haji. Rasanya adem dan tentram di hati. Senyumnya sangat manis sekali. Laksana bunga wijaya kusumah yang sedang merebak saat malam hari. 


Melihat senyum Omjay, rasa semangatku menggebu-gebu. Sudah 2 hari ini beberapa tugas sangat menumpuk dan sangat menyita waktu. Akhirnya saya ingat kembali, Skala prioritas yang harus saya buat. Skala prioritas ini saya temukan saat membaca buku Omjay "Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa Yang Terjadi."


Skala prioritas yang harus selesai hari ini antara lain:

1. Selesaikan soal PAS TA 2020/2021.

2. Selesaikan naskah buku antologi "Jejak Digital Motivator Andal."

3. Meminta kata pengantar dari Omjay untuk buku antologi "Jejak Digital Motivator Andal."

4.  Selesaikan tantangan AISEI ke 17.


Dengan membuat skala prioritas, semua tugas kita akan tertata dengan baik. Kita harus mendahulukan yang paling penting untuk selesai tepat waktu. 


Alhamdulillah, skala prioritas yang saya buat tadi, selesai sesuai target. Malam ini saya dapat menyelesaikan tantangan AISEI ke 17 dengan melihat senyum Omjay. Senangnya banyak orang yang selalu menginspirasi. 


Semoga bunda Kanjeng cepat sembuh dari typusnya dan semoga Omjay dan keluarga sembuh dari Virus Corona. Amin Ya Allah. 



Salam blogger inspiratif

Aam Nurhasanah, S.Pd.

#Day17NovAISEIWritingChallange





Rabu, 18 November 2020

TANTANGAN MENULIS KELAS MAYA



Malam ini adalah pertemuan ke 20 di kelas belajar menulis gelombang 16. Saya masih bertugas sebagai moderator kece (kata bunda Iis), dulu pernah jadi peserta dan sekarang sudah menjadi alumni gelombang 12. 

Narasumber malam ini adalah Ibu Eva Hariyati Israel, S.Kom. Beliau adalah jebolan alumni gelombang menulis gelombang 7, satu angkatan dengan ibu Ditta Widya Utami yang menjadi narasumber minggu lalu. 

Ibu Eva juga alumni Sahabat Rumah Belajar tahun 2019 dan 2020 seperti Hamzah Ramdhani, narasumber tempo lalu yang pernah membahas materi tentang Content Creator, bagaimana membuat video pembelajaran yang menarik di Rumah Belajar. Simak profil berikut.  




Ibu Eva juga jebolan peserta kelas menulis, yang naskahnya tembus ke penerbit mayor, PT Andi Offset. Saat itu, ibu Eva mengikuti tantangan Prof. Ekoji, yaitu menulis buku salam waktu satu minggu. Judul bukunya adalah  Kelas Maya. 





Setelah buku dinyatakan diterima tanpa revisi oleh penerbit mayor(penerbit Andi) mulailah proses editing pertama oleh pihak penerbit.

Proses editing ini berlangsung dengan beberapa tahapan hingga buku terbit

1.Editing Sampul : saat sampul pertama kali dikirim  rasanya sudah sangat senang sekali sepeti melihat buku saya sudah jadi😍😍 

2. Editing naskah oleh penerbit, tata kelola urutan dan tulisan disesuaikan dengan konsep dan gaya bahasa kita

3.Setelah editing penerbit naskah proof dikirim kembali ke penulis beserta surat perjanjian penerimaan naskah dan royalty bagi penulis.Sebagai penulis kita diberi kesempatan melihat kembali susunan dan tata bahasa buku kita sebelum dinaikkan ke proses cetak

4.Setelah editing oleh penulis naskah kembali dikirim ke penerbit untuk selanjutnya ke proses cetak.


Berselang 1 bulan setelah editing naskah prof. dikirim akhirnya tibalah masa yang ditunggu tunggu launching buku pertama yang dirangkai dengan seminar Digital Mainset yang disajikan melalui bincang daring dengan Prof. Eko melalui zoom dengan TV.Andi

Inilah salah satu keuntungan jika buku kita diterbitkan penerbit mayor, marketingnya tidak lagi membebani kita😁Simak link berikut. 



Banyak ilmu yang saya dapat setelah mengikuti kelas belajar menulis Omjay. 

1. Menambah kepercayaan diri saat menulis.

2. Jadi tahu proses pembuatan buku sampai buku terbit di penerbit mayor dan penerbit indie.

3. Bisa menerbitkan 4 buku antologi dan 1 buku solo hasil resume. 

4. Dapat  hadiah dua buku, karena salah satu tulisan di blog terpilih mendapat kejutan dari PT Andi. 

5. Dapat hadiah buku dari Omjay "Menulislah Setiap hari dan Buktikan Apa yang Terjadi."

6. Lolos seleksi  buku kolaborasi dengan Prof. Ekoji dalam program September Ceria. 

7. Menjadi Tim Omjay yang bertugas sebagai moderator yang bertugas meneruskan materi dari gelombang 1-15.

8. Dapat mengatasi kesulitan saat menulis buku, dan mengatasi kesulitan saat menjadi moderator andal. 

9. Dapat orderan buku sampai 72 eksemplar yang tersebar dari Lebak, ke Rembang, Bekasi, Cianjur, Tangerang, Serang, Solo, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, sampai Nusa Tenggara Timur (NTT). 

10.  Memiliki banyak koneksi teman, sodara, komunitas menulis dan KSGN yang sangat mensuport satu sama lain. 

11. Hadirnya narasumber narasumber yang luar biasa yang terus berbagi, menginspirasi,  dan terus memotivasi. 


Buku bisa lolos ke penerbit mayor jika memenuhi beberapa kriteria diantaranya
1.tema buku jika di cari pada google trends menunjukkan grafik yang bagus
2.Profil penulis ,semakin terkenal dan kredibel akan sangat baik
3.Target pasar yang menguntungkan
4.Ragam tulisan kita sesuai dengan visi misi penerbit


Apa keuntungan yang kita dapat ketika kita berhasil menulis dan buku yg kita tulis itu terbit

1.Kepuasan batin.satu hal yang tidak bisa kita ukur dengan apapun
2.Integritas ,kredibilitas dan percaya diri semakin baik
3.Motivasi bertambah
4.Terbuka peluang peluang baru untuk menjadi narasumber, motivator menulis dan hal-hal positif lainnya
5.Royalty(keuntungan)


SESI TANYA JAWAB

Motivasi bu Eva adalah berbagi dan berkarya. Dengan menulis membagikan ilmu yang bermanfaat dan bisa menghasilkan sebuah karya yang akan tidak akan hilang.


Untuk konsisten setiap hari, belum termasuk dalam kategori ini, tapi ketika menemukan ide dan semangat itu ada langsung lakukan dan jangan ditunda. Pasti lebih mengalir.

Dukungan sekitar tentunya salah satu yang patut kita syukuri saat ini kita berada dalam komunitas menulis yang memiliki visi misi yang sama mengembangkan diri untuk bisa menulis lebih baik dan dukungan terbaik itu harus datang dari diri sendiri, kalau tekat dan niat sudah ada bergerak, ini yang paling menggerakkan kita. 


Rumah belajar adalah portal pembelajaran yang dikelola oleh pustekkom sekarang dikenal dengan pusdatin kemdikbud yang memberikan ruang seluas luasnya untuk siapa saja berbagi, belajar, dan melakukan proses pembelajaran secara gratis dan terus diupdate dan berkesinambungan dalam pemeliharaanya.

Sebagai salah satu pengembangan diri dalam hal keprofesian sebagai guru, mengikuti program PembaTIk dari pusdatin hingga berbagi inovasi pembelajaran dengan rumah belajar menjadi bagian dari diri saya

Fokus dan yakin, lakukan dengan nyaman dan sepenuh hati jangan lupa doa Kita pasti bisa, ketika kita sudah memulai sesuatu yang baik maka kebaikan kebaikan lainnya juga akan mengikut termasuk motifasi dan semangat juga dengan sendirinya hadir. Inilah yang membuat bu Eva berhasil



Penerbit mayor adalah penerbit-penerbit besar yang sudah terkenal dan kredibilitasnya diakui.

Penerbit mayor adalah penerbit yang punya nama beken, perusahaan sendiri dan biasanya paling banyak diminati penulis . Salah satu contohnya penerbit Andi, Gramedia, Mizan, Erlangga dan masih banyak lagi


Buku solo artinya buku yang bapak tulis sendiri sedangkan buku yang ditulis berkolaborasi dengan orang lain itu namanya buku antologi.

Tekad dan niat sudah bulat harus bisa menjawab tantangan dari prof Eko akhirnya motivasi itu lahir dengan sendirinya dan ketika yang tersulit itu adalah mulai menemukan ide.

Kiat ide tulisan itu datang dari hasil refleksi peristiwa yang saya lalui dari situ lahirlah ide dan judul Kelas Maya membangun ekosistem E learning di Rumah belajar. Saat itu mampu menjawab tantangan tema E-Learning yang diberikan prof Eko.

Ternyata pengalaman sebagai sahabat rumah belajar, hasil refleksi peristiwa, perasaan, dan pembelajaran dengan rumah belajar inilah yang dikembangkan menjadi tulisan dikarya pertama bu Eva.😁😁


Ada 7 tema yang diberikan saat itu semuanya tentang teknologi dan semua konten youtube yang ada di Ekoji Channel ini nama akun Youtube milik Prof. Eko yang bisa lihat semua konten materinya bisa menjadi tema untuk menulis bersama prof Eko.


Mulai bergerak menuliskannya.Sejatinya kita sudah memiliki bakat menulis hanya belum termotivasi untuk menuliskannya menjadi karya. Semoga satelah sharing ini, peserta bisa menghasilkan karya. 


Jangan dijadikan penghalang buat kita mengembangkan diri. Karena setiap diri memiliki keistimewaan dan potensinya sendiri. Kalau kita  terpengaruh dengan penilaian orang lain kita tidak ada berkembang dengan baik. Ambil yang positif abaikan yang negatif.

Satu kebaikan yang kita bagikan melalui tulisan, yakin akan tumbuh kebaikan kebaikan yang lain. Jangan berhenti hanya karena kritikan. Kritikan yang datang jadikan refleksi diri untuk perbaikan.😊🙏

Di menit ke 20.47 WIB, peserta diminta mengikuti tantangan  membuat 3 paragraf singkat dari hasil refleksi pembelajaran malam ini. 

Hasil refleksi peserta dikirimkan ke moderator dan dibuat list untuk pemutaran undian. 


List Challange Peserta
1. Pak Sudomo
https://bianglalakata.wordpress.com/2020/11/18/pahlawan-literasi-harapan-besar-dari-hal-kecil/

2. Mba Uci
https://mamakazka.blogspot.com/2020/11/kisah-sukses-alumni-kelas-menulis.html?m=1#more

3. Bu Ida
https://idaafriharahap.blogspot.com/2020/11/resume-20-malam-ini-suasana-cukup-cerah.html

4. Tini Sumartini, M.Pd (Notes)

5. Asikin 

BINGUNG BERBUAH MANIS

Banyak Prestasi yang diraih. Seorang guru lulusan Sarjana Informatika Komputer. Mengajar disalah satu SMA di Kupang. Bergabung di WAG Menulis gelombang 7. Memiliki keinginan kuat belajar menulis dan punya mimpi menerbitkan buku.
Berawal dari tantangan dari sang profesor. Dengan ketidakberdayaan akan kemampuannya menulis. Hingga dihadapkan pada situasi penuh keragu-raguan. Tetapi dengan semangat dan optimis serta keberanian, tantangan tersebut diikuti.
Dengan motivasi dan arahan dari sang profesor. Maka Tantangan menulis buku dalam 7 hari, dapat diselesaikan walapun dalam prosesnya penuh dinamika. Tetapi tanpa disadari dan arahan sang profesor. Justru, kegiatan sehari-hari mengajar TIK menjadi berkah tersendiri dan menjelma menjadi sebuah buku.
Hingga beliau menukilkan lewat moto hidupnya “ Semakin dibagi semakin tak terbatas”.
Asikin Widi Jatnika



6. Didi Apriyatna
https://jagoanbanten.blogspot.com/2020/11/kisah-penulis-buku-jebolan-pelatihan.html?m=1

7. Suyati (file word)

8. Hari Suprapto 

Assalamu'alaikum... 
Saya Hari Suprapto dari Lebak,Banten
  Alhamdulillah saya sangar bersyukur bisa bergabung di pelatihan belajar menulis ini. Saya bisa mengenal nara sumber yang hebat, yang sudah membagikan pengalaman-pengalaman terbaiknya,ini adalah sesuatu yang bermanfaat bagi saya, bisa mengggerakkan,memotivasi saya untuk mencoba menuangkan apa yang ada di benak saya menjadi secuil tulisan ini.
   Menuangkan ide pertama mnjadi tulisan itu tidak akan terwujud tanpa kita menorehkannya kedalam bentuk tulisan, gagasan itu akan terurai seperti air mengalir kalau sudah mulai digoreskan, ibarat mata air yang keluar dari balik bebatuan ,setelah berhasil keluar maka alirannya akan semakin deras. 
    Keberanian memulai rupanya hal yang sangat menjadi penting utuk modal kita menjadi penulis,itu yang dapat saya tangkap dari pemaparan dua nara sumber hebat yang saya simak dari pertemuan pertama dan yang ke dua malam ini. Berani mencoba maka akan terlihat hasilnya, segala sesuatu yang kita alami,segala rasa yang kita miliki adalah asset untuk kita tuangkan dengan bebas untuk menjadi goresan yang bermakna.
 Terimakasih untuk Bapak TaufikHidayat S.E, S.Si,M.Si
 Terimakasih untuk Ibu Eva Hariyati, S.Kom
Juga ibu Moderator🙏🏻.

5 menit sebelum kelas ditutup, hanya ada 8 peserta yang ikut tantangan menulis 3 paragraf. 

Tibalah saat undian, dan yang terpilih adalah Pak Sudomo. Pemenang mendapatkan satu buah buku "Kelas Maya" dari Bu Eva. 




Sangat menarik, materi dan challange malam ini. Semoga semakin memotivasi peserta untuk tetap menulis dan menyelesaikan tugas resume dengan baik. 

Saya sebagai moderator malam ini sangat senang sekali bisa menghidupkan kelas dan berinteraksi dengan para peserta kelas belajar menulis yang  sangat luar biasa. 


Salam blogger inspiratif
Aam Nurhasanah, S.Pd. 

#Day15NovAISEIWritingChallange













Selasa, 17 November 2020

Si Lucu, Kesayanganku



Adelia Zhafira, lahir di Lebak, hari Rabu, 05 Agustus 2015. Buah hati pertama, antara Aam dan Agus. Sengaja saya berikan nama Adel, supaya bisa triple A. Hihihi. Bercanda ya. Nama Adelia pemberian dari nenek, sedangkan Zhafira saya ambil dari nama-nama islami. 


Adelia Zhafira artinya wanita yang selalu beruntung. Beruntung karena sudah menjadi kado terindah untuk mamah dan ayah.  Sekarang Adel sudah genap 5 tahun. Sudah masuk PAUD, dan sudah mulai bisa baca tulis. 


Semoga kelak, Adel jadi anak berprestasi dan membanggakan kedua orang tua. Mamah dan Ayah, sayang kamu. Si Lucu, kesayanganku. 


#Day13NovAISEIWritingChallange

TAUFIK UIEKS & 70 NEGARA

 


Narasumber kemarin malam  adalah Taufik Hidayat, S.E, S.Si, M.Si. Taufik Uieks adalah nama pena sang penulis. Karier di dunia penerbangan mengantarkan Taufik Uieks keliling sampai 70 negara. Beliau adalah seorang dosen dan penulis buku. Beberapa judul buku yang beliau tulis adalah Mengembara ke Masjid-Masjid di Pelosok Dunia, 1001 Masjid di 5 Benua, Jejak Langkah Menuju Baitullah, Tamasya ke Masa Depan, dll. 


Taufik Uieks adalah sosok penulis hebat yang menulis buku dari hasil perjalanan keliling dunia. Di dalam buku, ada foto yang menjelaskan kisah tersendiri. Sama seperti bunda Kanjeng, yang keliling di negara Turki. Sangat menarik sekali. Senangnya jika suatu saat nanti saya bisa keliling dunia seperti Pak Taufik Uieks. Mimpi saja dulu, semoga jadi kenyataan. Aminn.


#Day14NovAISEIWritingChallange

Senin, 16 November 2020

OM JAY VS CORONA


Siang ini, dikejutkan dengan status Omjay. Dr. Silvi mengumumkan hasil Swab Jumat kemarin bahwa Omjay positif Covid-19. Kabar ini beliau tulis juga di blog.

http://belajarmenulisbersamaomjay.blogspot.com/2020/11/saya-positif-covid19.html


Baru saja kemarin, Omjay menjalani rapid test dan Swab. Kabar ini sangat mengagetkan kami semua. Saya jadi membayangkan Omjay harus dirawat dan menjalani segala macam prosedur Covid. Seperti kisah Pak Rusmin yang harus menjalani karantina tempo dulu. Mari kita berdoa sejenak, untuk kesehatan Omjay. Alfatihah...


Omjay adalah sosok yang patut ditiru. Saat sakit pun masih memikirkan kelas peserta belajar menulis. Beliau masih memikirkan narasumber yang akan mengisi kelas minggu ini. Dengan adanya Tim Omjay, kelas bisa berjalan dengan lancar. 

Untaian doa dari semua kerabat dan peserta kelas belajar menulis mengalir deras seraya mendoakan kesehatan Omjay. Semoga Omjay bisa melewati semua cobaan dan kembali sehat seperti biasanya. Aminn..


Salam blogger inspiratif

Aam Nurhasanah, S.Pd. 


#Day12NovAISEIWritingChallange

 

Minggu, 15 November 2020

JANGAN SAKIT OMJAY (PART II)

 


15 November 2020, Omjay mengirimkan tulisan di blog  dengan judul "ISTRIKU PERAWATKU." Tulisan ini berisi tentang kondisi Omjay yang hampir satu bulan ini sedang tidak sehat. 

Tempo lalu, gula dan tensi darah Omjay naik sehingga pingsan di Laboratorium Labschool. Sekarang, asam lambung mulai menyerang tubuh. Semua makanan dan minuman dimuntahkan kembali. 

Jika ditanya, siapa yang selalu bersama Omjay, saat Omjay sakit. Jawabannya sudah pasti istri tercinta. Tidak ada obat mujarab selain perhatian dari sang kekasih hati yang selalu menemani saat suka dan duka. Sang istri selalu menjadi garda terdepan dan keponakan Omjay, Aldi dengan sigap mengeluarkan mobil dan membawa Omjay ke Rumah Sakit. 


Saat pergi rapid test ke klinik, Omjay diminta ikut test swab. Omjay harus istirahat total dan membatalkan beberapa acara. Sang Istri  terus merawat, menyemangati, dan menghibur Omjay. 


Saat saya menanyakan siapa narasumber kelas menulis minggu besok, Omjay menjawab Pak Taufik Hidayat, Bu Eva NTT, dan Bu Rita Wati. Sungguh mulia hati Omjay. Saat sakit masih memikirkan semua peserta. Saya sangat terharu dengan perjuangan Omjay. 


Ya Allah, semoga Omjay lekas sembuh dan hasil swabnya negatif sehingga kelak bisa membimbing semua peserta di kelas belajar menulis. Amin. 


Salam blogger inspiratif
Aam Nurhasanah, S.Pd. 

#Day12NovAISEIWritingChallange

TWO THUMBS UP FOR YOU

 
"Dua Jempol Untukmu", kalimat penutup dari WA Pak Susanto, sangat memotivasi saya. Jujur, mengenal orang hebat satu ini sungguh anugerah dan kebanggaan yang luar biasa. Saya sangat mengagumi beliau. Kelahiran Gombong, 29 Juni 1971 ini salah satu peserta kelas belajar menulis alumni gelombang 15. Beliau sudah menerbitkan buku hasil resume kelas belajar menulis  di penerbit rekanan Bu Kanjeng. 


Beliau selalu jeli dalam melihat ejaan yang kurang sesuai. Buktinya, tulisan saya mendapatkan beberapa tulisan yang telah di blok merah atau telah direvisi. Beliau bercerita kepada saya bahwa penggunaan ejaan dan kalimat Pak Guru dan Bu Guru yang teliti, membuatnya semakin teliti juga saat membuat sebuah tulisan yang enak dan gurih untuk dibaca. Berkat binaan Bu Kanjeng, Pak Susanto semakin jeli dalam mengamati tulisan. 


Tulislah apa yang kamu lihat dan kamu alami bisa, bisa menjadi sebuah kalimat sakti yang memudahkan kita melewati setiap tantangan menulis. Akhirnya ketelitian ejaan dan kalimat Pak Susanto mengantarkan cerita saya ditantangan AISEI hari ini. Semoga teman-teman tetap semangat, tetap menjaga konsistensi dalam menulis setiap hari, dan semoga tulisan sederhana ini dapat menginspirasi. Amin. 


Salam blogger inspiratif

Aam Nurhasanah, S.Pd.

#11NovAISEIWritingChallange.

Jumat, 13 November 2020

SAHABAT SEJATI


 

Malam tadi ada dua orang sahabat, yang sedang mempersiapkan kejutan kue ulang tahun. Mereka bersahabat cukup dekat. Mereka ingin memberikan kejutan ulang tahun  kepada sahabatnya. Malam ini, Sahabat mereka, Fitri ulang tahun. Mereka sibuk membuat kejutan dadakan dengan waktu hanya kurang dalam satu hari. Untung ada toko kue di Gajrug, jadi pesan dadakan langsung bisa jadi. 


Wow, romantis sekali kuenya. Untung sekali punya teman yang perhatian. Si Cantik berjilbab cokelat lalu berkata kepada saya "Sahabat sejati adalah sahabat yang selalu ada dalam suka atau duka." Satu kalimat yang menurut saya sangat dalam maknanya. 


Pernahkah kalian punya sahabat sejati? Yang selalu ada saat kita suka atau duka. Kalau buat saya, sahabat terbaik adalah yang seperti itu. Yang ada saat kita senang dan saat kita susah. Kalau ada sahabat yang ingin senangnya saja, itu bukanlah ciri sahabat yang baik. Bahkan jauh dari kata sahabat sejati. 


Sahabat sejati akan selamanya di hati. Tak lekang oleh jarak dan waktu. Tak pupus di makan usia.  Tak hilang ditelan alam. Tak pernah pergi saat diberi cobaan. Pokoknya sahabat sejati itu selalu berbagi. Bahagialah kalian yang telah punya sahabat sejati. Wow, jadi ngelantur gini yah. Lanjut ah..


Intinya, ikut tantangan AISEI telah membukakan mata dan perasaan. Semua yang dilihat dan semua yang dialami bisa saya jadikan bahan tulisan. Asyik sekali rasanya. Tanpa terasa tantangan hari ke 10 bisa lunas malam ini. Semangat terus ya. 


Salam blogger inspiratif

Aam Nurhasanah, S.Pd.


#Day10NovAISEIWritingChallange


EKSPEKTASI VS REALITA


Narasumber satu ini adalah Jamila K. Baderan, M.Pd. Lahir di Sidoardi, 14 Juni 1978. Beliau adalah salah satu guru di SDN No 30, Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo. Nama blognya disambut dengan branding ENCIK MILA. Untuk CV beliau bisa kunjungi  link berikut. 


Encik Mila adalah alumni peserta kelas belajar menulis gelombang ke 5, yang naskah bukunya tembus ke Penerbit Mayor yang berjudul "Design Thinking, Membangun Generasi Emas dengan Konsep Merdeka Belajar." Buku ini adalah kolaborasi dengan Prof. Ekoji (2020). Ada juga buku solonya yang berjudul Ekspektasi Vs Realita (2019). Judul bukunya seirama dengan topik materi yang akan kita bahas.



Malam ini saya tetap bertugas sebagai moderator dan mendampingi narasumber. Materi yang dibahas malam ini tentang "Mengubah Ekspentasi Menjadi Prestasi." Pernahkah kalian mendengar kata ekspentasi? Tentu bagi sebagian orang, kata ekspentasi sudah sangat familiar. Tapi bagi sebagian orang awam, pasti merasa bingung dan belum mengerti benar arti dari kata ekspentasi. 



Ekspektasi adalah harapan yang ingin dicapai oleh seseorang di dalam kehidupannya. Ekspektasi juga diartikan sebagai harapan atau berupa keyakinan yang dapat kita capai di masa depan. Tentunya, ekspektasi semua peserta di kelas belajar menulis adalah mengetahui ilmu menulis sampai bisa menerbitkan buku. Saat ekspektasi itu sudah tercapai, tentu ekspektasi yang lain akan muncul kembali.


Saat kita mengikuti kelas belajar menulis, dan buku solo kita sudah terbit, ekspektasi kita berarti sudah terwujud. Namun, di tengah perjalanan pasti banyak peserta yang tidak fokus karena hanya sekedar ikut dan tidak mengerjakan tugasnya dengan baik. Ekspektasi yang seperti itu kebanyakan karena hanya mengharapkan sertifikat semata. 



Setiap pembukaan kelas belajar menulis Omjay, selalu penuh sampai 257 peserta. Tapi yang aktif di setiap gelombang hanya 30-50 orang saja. Yang lainnya hanya menyimak atau mengintip saja. Sehingga ekspektasi yang di dapat hanya sebatas peserta pasif yang tak kunjung lulus dan menjadi alumni. 


Bagi yang sudah menerbitkan buku, tentu ekspektasinya sudah terwujud. Ahasil, mereka yang lulus dan mampu menerbitkan buku, mendapatkan penghargaan berupa sertifikat senilai 40 jam. Saya adalah saksi hidup yang gagal di gelombang 8 karena tidak fokus dan tertinggal banyak resume. Di gelombang 12 akhirnya mengulang kembali dan akhirnya lolos dan mampu menerbitkan buku solo.



Bagi sebagian peserta yang masih malas atau belum membuat resume, segeralah menulis. Apabila Anda sudah sampau di resume ke 20, segeralah format ke word lalu gabunglah naskah dari resume 1-20 tersebut hingga terangkai menjadi naskah yang bermutu. 


Tak perlu takut mencoba karena merasa masih penulis pemula. Seorang penulis besar tentu berawal dari penulis pemula. Tidak ada yang instan. Semua kerja keras memerlukan proses. Sehingga ekspektasi (harapan) yang dituai nanti akan sesuai dengan realita (kenyataan) yang di dapat. 


Inilah inti dari materi bu Jamila dari sudut pandang saya. Semoga para peserta tetap semangat dalam mewujudkan ekspektasinya untuk jadi penulis hebat dan menginsiprasi semua orang seperti judul buku yang saya tulis "Mengukir  Mimpi Jadi Penulis Hebat." Tetap semangat ya..


Salam blogger inspiratif
Aam Nurhasanah, S.Pd. 


#Day09NovAISEIWritingChallange










SANG BUKU MENDARAT DI NTT

 


Kemarin sore, dapat WA dari Cikgu Tere bahwa buku saya yang berjudul "Mengukir Mimpi Jadi Penulis Hebat" telah mendarat dengan selamat. 


Senang sekali "Sang Buku" telah mewakili penulisnya untuk  mengelilingi nusantara. Ia telah menjelajah Kota Bekasi, Cianjur, Rembang, Banten, Solo, Bali,  bahkan sampai Nusa Tenggara Timur(NTT). Tak terasa, sudah cetak ke 3 kalinya dengan jumlah 72 eksemplar. Jumlah yang sangat fantastic bagi saya yang masih pemula. 


"Sang Buku" yang tak pernah lelah berbagi pengetahuan tentang menulis buku sampai bagaimana buku itu lahir. Ia selalu menjadi alasan untuk mengingatkan penulis untuk tetap menulis dan menerbitkan buku.  Ia menjadi jejak dan langkah pertama menempuh karir saya sebagai penulis hebat. 


"Sang Buku" yang tak pernah lelah berbagi ilmu mengajarkan pada dunia bahwa menulis itu tidak sulit. Menulis itu butuh kesabaran. Keterampilan itu didapatkan dengan latihan menulis setiap hari. Banyaklah membaca buku, maka akan semakin mudah untuk Anda saat menulis buku. 


Percayalah pada diri sendi. Baik buruknya tulisan akan berubah dari jumlah jam terbang Anda. Semakin banyak kita menulis, tulisan kita akan semakin bagus. Tentunya itu akan menjadi kisah panjang jadi sayang kalau terlewat begitu saja. 


Tulislah dengan hati maka tulisan akan sampai ke hati pembaca. Menulis dengan hati lebih semangat daripada menulis saat mengandalkan mood saja. Tulislah apa yang kamu sukai dari hal yang kecil atau hal ringan. Perhatikan peristiwa yang terjadi di sekitar kita. 


Sudah 3 hari ini, rasa malas menulis kambuh lagi. Benar sekali, sebenarnya menulis itu tidak sulit. Yang sulit adalah memulai tulisan.  Memang 3 hari ini saya sedang fokus mengedit naskah antologi bersama bu Kanjeng jadi 3 hari ini tertinggal tantangan menulis Day AISEI Writing Challange. 


Berbagai kesibukan pasti akan menunda kita dalam menulis. Namun, bagaimana tetap menjaga  konsistensi dalam menulis, tetap harus dipertahankan. Hal itu dapat dilakukan dengan meraffel tagihan tulisan. Jika sudah lenggang, lunasilah hutang tulisan itu. Nyicil dulu yah, Mba Dea. Masih kurang 2 artikel nih. Semangat!!!

Salam Blogger Inspiratif
Aam Nurhasanah, S.Pd.

#Day08NovAISEIWritingChallange




Selasa, 10 November 2020

SELAMAT HARI PAHLAWAN



Hari ini kegiatan padat sekali. Saya harus mengikuti 3 kegiatan sekaligus. Dari pagi sampai siang, harus ke Pondok. Pulang dari pondok harus mengikuti sosialisasi kejaksaan terkait UU Bupati Lebak no 28 tentang AKB pencegahan Virus Corona. 


Sambil mengikuti sosialisasi, saya sempatkan menghadiri Webinar PJJ DARING DAN LURING dengan narasumber Prof. Ekoji dan narasumber yang lain. Selain itu di akhir acara juga diumumkan juara lomba blog nasional dalam memperingati hari sumpah pemuda. 


Pengumuman lomba blog ini diumumkan tanggal 10 November, pukul 14.00 seraya bersamaan dengan hari Pahlawan Nasional. Ada 10 besar yang diumumkan, dan hanya 3 orang yang terpilih mendapat juara 1,2, dan 3.  Hadiahnya berupa uang, hp, dan printer baru. 


Bagi saya, soal kalah itu hal yang biasa yang penting sudah berpartisipasi dengan mencobanya. Dengan mengikuti lomba setidaknya kita punya pengalaman berharga yang tak ternilai harganya. Bagi saya, semua peserta sudah menjadi juaranya. Hal ini makin meningkatkan semangat untuk terus berkarya. 

Buku saya kini sedang dalam proses cetakan ketiga. Walaupun kali ini belum beruntung menjadi juara blog, tapi saya beruntung memiliki teman-teman yang berharga dan  selalu mendukung karir baru saya. 

SELAMAT HARI PAHLAWAN! 

Salam blogger Inspiratif

Aam Nurhasanah, S.Pd.

#Day07NovAISEIWritingChallange







 

Senin, 09 November 2020

SEBUTIR PASIR YANG BERMAKNA


 “Teruslah memberi arti pada setiap orang yang kau temui. Dalam setiap hal yang kau lalui, dan untuk setiap waktu yang kau miliki (Neng Ditta).” 

Sebutir pasir yang sangat bermakna dan saya simpan di lubuk hati yang paling dalam. Baru kali ini mencoba membuka paragraf, dengan dimulai kalimat penutup yang sangat berarti. 

Teringat semasa dulu saya ini hanyalah sebutir pasir yang tak bermakna. Dengan mengenal blog melalui kelas belajar menulis, akhirnya butiran pasir ini telah melahirkan sebuah karya. Buku antologi dan buku solo yang laris manis diburu peserta.  Sungguh berkah yang luar biasa. 

Setiap peserta pasti memiliki passion menulis yang berbeda. Itu terlihat dari resume yang dikirimkan ke grup belajar menulis. Saat saya main ke rumah mereka, aura semangat peserta sangat membara. Bagi saya, materi malam ini telah membuka cakrawala dunia, bahwa dengan menulis, dunia akan terasa lebih berwarna. 

Ditta Widya Utami, S.Pd. seorang narasumber muda, cantik, dan berprestasi, kelahiran Subang 23 Mei 1990 ini telah mengukir segudang prestasi. Malam ini  Si Cantik Jelita sudah dinanti-nanti ratusan peserta. Bahkan Bunda Tini  memanggilnya dengan sebutan “neng” artinya gadis muda dalam bahasa sunda karena usianya sebaya dengan putrinya. 

Neng Dita adalah salah satu peserta kelas belajar menulis alumni gelombang ke 7 yang bukunya tembus ke penerbit mayor yang berjudul "Menyongsong Era Baru Pendidikan."

Ada dua hal materi  yang paling  saya ingat dalam pertemuan malam ini yaitu bagaimana memulai tulisan sampai bisa menerbitkan buku. Tentu bagi penulis pemula, hal ini masih terasa sulit karena belum mengetahui alurnya. Namun Neng Dita  menjelaskan dengan rinci, setiap alur yang harus dilalui peserta. 

Untuk memulai sebuah tulisan, kita bisa lalui 5 tahapan berikut. 

1. Ikut kelas menulis misal kelas belajar menulis Omjay

2. Ikut komunitas menulis misal komunitas MGMP, MKKS, KKG, Komunitas Aksara Bermakna(KAB), dll

3. Ikut lomba menulis.

Wah ini pengalaman pertama saya ikutan lomba blog. Tapi belum pernah menang. Bagi saya yang terpenting ikut memeriahkan. Kalau menang, anggap jadi bonus tambahan. 

4. Menulis apa saja yang ada di sekitar/dalam keseharian kita. 

Hal ini bisa kita mulai dengan menulis apa yang kita lihat, kita dengar dan kita alami.  Saat saya mengikuti kelas Munif Chatif, beliau berkata “ ingatlah moment spesial dalam hidup Anda, lalu tuliskanlah kembali. Ternyata, begitu banyak moment spesial yang tidak kita tuliskan dan terlewat begitu saja. Maka, mulailah menulis dari sekarang.” 

5. Menulis apa saja yang kita suka.

Mulailah menulis dari hal kecil dan yang kita sukai. Maka itu akan terasa lebih mudah. Menulis itu tidak sulit. Yang sulit adalah memulai tulisan. Jika kita menulis apa yang kita sukai maka smua akan terasa menjadi mudah.  Tulislah puisi, cerpen, pantun, novel, drama, memoar, artikel atau apa pun yang kalian sukai. 

Tulislah sesuatu yang bisa memberikan manfaat pada orang lain. Tulislah dan postinglah ke dalam blog. Jikan Anda suka memasak atau berkebun dengan menanam tanaman, akan lebih bermanfaat jika ditulis dan di bagikan ilmuna pada khalayak ramai. Jika kita menulis setiap hari, makaakan mengasah keterampilan anda dalam menulis. 

Terkait menerbitkan buku, Anda bisa melakukannya secara antologi (keroyokan) maupun secara individu(Solo). Jika kita menerbitkan buku solo, tema bisa sekehendak kita. Tidak ditentukan tenggat waktu. Semua hal dilakukan secara mandiri. Dimulai dari menyusun cover, membuat kata pengantar, daftar isi, halam buku, profil penulis tidak lupa sinopsis buku yang akan dibuat. Berbeda halnya  Jika kita menerbitkan buku antologi, kita harus mengikuti aturan dari kurator terkait jumlah halaman, dan aturan lainnya. Terkait biaya penerbitan, tentu lebih murah buku antologi karena ditanggung bersama/ patungan. Sedangkan kalau menerbitkan  buku sendiri, biaya produksi buku ditanggung sendiri. 

Menurut saya, sebagai penulis pemula perlu sekali membuat buku antologi. Mengapa? Karena buat saya, kesuksesan saya sebagai seorang penulis akan mengantarkan kita menjadi seorang penulis besar. Menulis antologi akan menjadi lecutan semangat kita untuk terus berkarya sampai menerbitkan buku solo. Buktinya, 3 buku antologi telah saya ikuti dan mengantarkan saya menjadi penulis hebat yang naskahnya sudah terjual 72 eksemplar, dan satu buku solo yang berjudul parenting 4.0. sudah lolos seleksi penerbit mayor. 

Ibarat pepatah mengatakan, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Maka dimulai dari nothing to be something. Dari kecil jadi besar. Dari penulis pemula sampai menjadi penulis best seller. Bismilah, semoga Allah memudahkan langkah kita untuk menjadi penulis ternama seperti penulis buku Blogger Ternama, Bapak Wijaya Kusumah, M.Pd. Lahap membaca akan menjadikan Anda semakin gemuk menulis.  Semangat terus. Salam literasi. 

Salam blogger Inspiratif

Aam Nurhasanah, S.Pd.

#Day05NovAISEIWritingChallange


Minggu, 08 November 2020

JEJAK DIGITAL MOTIVATOR ANDAL

 


Baru melihat konsepnya saja, semangat menulisku semakin membara. Seperti dua jejak kaki dengan bara api yang menyulut semangat penulis pemula.


Bu Kanjeng adalah narasumber kelas belajar menulis yang semangat literasinya patut diacungi jempol. Usia yang menginjak setengah abad, tak menjadi penghalangnya. 


Nama bu Kanjeng lahir dari salah satu kolom humor kompasiana. Beliau selalu menjadikan suaminya seorang tokoh bangsawan Solo yang sok tahu dan berwawasan luas. Begitulah nama bu Kanjeng terkenal sampai seantero nusantara. 


Dengan menggandeng penulis pemula, rasa kepercayaan diri semakin bertambah. Dari buku keroyokokan(antologi), baru nanti bisa buat buku sendiri(solo). Seperti kisah saya yang dimulai dari menulis buku antologi. Seperti kata pepatah, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Dari hal kecil baru menuju hal yang besar. Begitu pula dengan perjalanan menulis. 


Buku antologi ini adalah buku ketiga saya. Buku yang lahir karena tercebur arus semangat kelas belajar memulis yang dibuat oleh Om Jay. 


Buku antologi menjadi lecutan semangat untuk penulis pemula. Yakinlah pada diri bahwa, biarkan tulisanmu menemukan takdirnya. 


Salam Blogger Inspiratif

Aam Nurhasanah, S.Pd.


#Day05NovAISEIWritingChallange

Sabtu, 07 November 2020

CERPEN ESTAFET KAB




CERPEN ESTAFET

Satu minggu ini saya baru bergabung dengan Komunitas Aksara Bermakna disingkat KAB. Komunitas ini sangat wellcome sekali. Setiap hari peserta ditantang membuat karya sendiri. 

Komunitas ini dibuat oleh Bunda Usrotun Hasanah. Beliau seorang editor handal dan  sangat ahli dalam membenarkan kata atau kalimat yang salah. Jadi selain kita membuat karya, kita juga diajarkan tata kalimat yang baik dan benar. Asyik sekali bukan?


Hari Sabtu adalah hari dimana peserta diminta berkonstribusi untuk membuat cerpen estafet(bergantian). Setiap peserta diminta mengisi list agar mengetahui urutan masing-masing. Saya ada diurutan k 9.


Kak Usrotun Hasanah mengawali kutipan cerpennya. Cerpen ini dimulai dari jam 15.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB. Inilah hasil dari Cerpen Estafet yang kami praktikkan bersama. 


SECANGKIR KISAH

Oleh: Komunitas Aksara Bermakna (KAB)

Angin malam menyelimuti tidurku, dengan alunan daun-daun yang menari bersama hangatnya cahaya kesunyian. Malam ini tidak seperti biasanya, aku melamun menatap sesosok bidadariku yang tergambar bersama kenangan-kenangan lalu. Betapa bodohnya diriku. Oh, Tuhan, mengapa ini harus terjadi? Isak tangisku tak kunjung henti bersama rasa sesal dalam hati.


Tok … tok ... tok ….

Terdengar suara di balik pintu kamarku. Aku tahu, seseorang yang mengetuk pintu kamarku tak lain adalah ayahku.


“Ra, kamu sudah tidur?” tanya ayah dengan sangat lembut.


Aku bergegas menarik selimutku sebelum ayah masuk ke kamarku. Aku tidak ingin ayah tahu kalau aku sedang menangis.


“Ternyata anak ayah sudah tidur, ya.” Ayah mengusap kepalaku lembut.


Sentuhan lembut yang ayah lakukan itu sama seperti seseorang yang telah melahirkanku yang kini tidak ada di kehidupanku lagi. 


Sesaat kamarku hening, hanya detak jam dinding yang memenuhi kesunyian ini. Tiba-tiba sebuah tetes air mata terjatuh di pipiku, tapi kini bukan air mataku. Ayah, jelas ini air mata ayah! Ayah menghapus air matanya dan meninggalkan kamarku. Tak kurasa, isakan tangisku ini membuat mataku sangat berat hingga membuatku terlelap. *(Usrotun Hasanah)*


Kring... Kring... Kring...

Bunyi jam beker membangunkanku dari tidur lelapku. Kulihat jarum jam menunjukkan pukul 03.00 Wib. Seperti biasanya, aku menuju kamar mandi untuk mengambil wudu dan melaksanakan salat tahajud. Tidak seperti biasanya, aku sangat merindukan ibu. Mungkin ini adalah pertanda waktuku di dunia tidaklah lama lagi. Ku panjatkan doa untuk beliau dan ayah. Semoga kelak kami bisa bertemu di surga-Nya. *(Anis Surofah)*



Setelah sholat Tahajud aku tak bisa kembali memejamkan mata, padahal shubuh masih agak lama, aku membaringkan tubuhku, dan ternyata tak bisa kupejamkamkan juga mata ini.


Sayup- sayup kudengar suara tahrim masjid berbunyi. 

"Ahh sudah subuh, padahal aku masih mengantuk"

Gumamku. 


Akhirnya aku beranjak dari kamar dan masuk ke kamar mandi dan bergegas sholat subuh dan berencana setelah sholat subuh akan berolahraga sejenak sambil keliling komplek perumahan sambil menunggu matahari terbit.

*(Yuliani)*


Fajar mulai menyingsing, aku pun menghentikan langkahku sejenak. Aku tahu tenagaku sudah tidak kuat seperti dulu. Fonis yang diberikan dokter membuatku lemah secara fisik, namun aku menerimanya dengan ikhlas. Jalananenuju rumahku masih terlihat sepi. Aku pun merebahkan tubuhku di teras, dan ku ambil ponselku yang sejak dari tadi berbunyi terus notifikasi masuk. Lalu kudapati chat yang masuk dari Rayhan pacarku.


Rayhan: Ra, nanti siang aku jemput ya.


Aku hanya membalas dengan kata O.k *(Sri Ncie)*


Seperti biasa, kegiatanku di hari Minggu. Selepas _jogging_, aku membereskan rumah dan memasak untuk ayah. Mak Tuti, asisten rumah tanggaku libur setiap hari Minggu.

 Sebenarnya, kami tidak butuh asisten rumah tangga. Tapi semenjak aku sakit, dokter selalu berpesan jika aku harus banyak istirahat.


"Yah, aku pamit keluar sebentar," pamitku pada ayah yang sedang membersihkan kebun di depan rumah.


"Mau kemana, Ra," tanya ayah sambil tersenyum melihat penampilanku yang rapi. 

Aku tersipu malu ayah tersenyum seperti itu.


"Aira mau ketemu teman sebentar. Boleh kan, Yah?" aku merajuk.


Ayah pun mengangguk sambil berkata, "Hati-hati, Ra. Jangan pulang terlalu sore! Ingat,  kamu tidak boleh lelah."


Kucium tangan ayah dan aku bergegas pergi dengan bahagia, karena sebentar lagi aku mau ketemu Rayhan.


*(Yayah Fatmiyati)*                                                                                                                  Aku keluar menuju gerbang. Rahyan pun sudah bersiap untuk mengajakku pergi ke tempat terindah. Ternyata Rahyan mengajakku ke taman bunga.  Begitu indah suasana alam yang disuguhkan. Hatiku bahagia menyusuri tempat yang indah bersama sosok yang ku cintai. Hariku terasa lama saat ku bersamanya. Dia menyemangatiku, memberikan kekuatan dan ketulusan yang ku rasa. Sungguh aku masih betah di dunia ini. Harapku yaitu ingin bersama sosok yang ku cinta untuk waktu yang lama. Rahyan sosok yang berharga dihidupku. Aku berjalan melihat hamparan bunga. Rahyan memetik satu bunga yang mekar dan wangi. Aku tersenyum dan tetap dengan harap indah, semoga ini bukan bunga terakhir yang ia berikan aku masih ingin menghirup udara hari ini bersama sosoknya. Kami berfoto dengan berbagai fose. Tiba-tiba kepalaku pusing. Rahyan berkata "Kamu kenapa sayang? Tidak kenapa-napa aku baik-baik saja sayang. Tapi...  wajahmu begitu pucat. Tidak aku baik-baik saja yuk kita duduk disana.   *(Yuli Marsela)*


Rayhan memapahku menuju tempat duduk yang ada di dekat taman bunga. Ia mengajakku duduk tepat di sampingnya, sesaat ku menghela nafas panjang,  tak terasa keringat dingin bercucuran keluar dari dahiku. " Ra, istirahatlah dulu, jangan banyak gerak biar stabil nafasmu sayang.", Ucap Rayhan. Aku sandarkan kepalaku di bahu Rayhan, tak terasa air mataku menetes. "Sayang , aku masih ingin bersamamu, menikmati setiap hal bersamamu, melahirkan anak-anak kita kelak." , Kataku ke Rayhan  sambil tak terasa air mataku terus menetes membasahi pipiku. Memang bagiku Rayhan adalah semangatku yang selalu ada untukku. 


Perlahan Rayhan duduk tepat di bawah tempat dudukku, ia memegang kedua pipiku  sambil berkata, "Ra, kamu akan tetap tersenyum, melahirkan anak-anak kita, memasak untukku, membuatkan kopi setiap saat untukku." Sambil terus memandang kundengan tatapan yang begitu membuatku semakin terbuai dan serasa tak sanggup bila harus berpisah dengannya.


Perlahan matahari mulai menyembunyikan sinarnya dengan malu-malu, inilah saatnya kami kembali ke rumah, namun sebelum pulang seperti biasa kami mampir ke tempat makan langganan kami. *Asih awaffa florist*


Sesampai di rumah, Ayah langsung menghampiriku. 

"Ra, mukamu pucat."

"Kamu kelelahan, Ra."

Sambil memapahku menuju kamar, ayah memperhatikan dengan seksama.


Bruk...

Sebelum sampai kamar, aku ambruk dalam dekapan ayah.


"Ya Allah..., Ra... Ra..." seru ayah panik.


Saat membuka mata, aku sudah berada dalam ruangan yang serba putih. Ayah tertidur di samping ranjang. 

Ah, aku selalu merepotkan ayah. *(Ratna Yee)*


Ku lihat wajah ayah yang tertidur dengan penuh rasa cemas. Ayah memegang tanganku erat-erat. Seperti tak ingin melepaskanku pergi dari dunia ini. 


Oh Tuhan.. Sebenarnya aku ingin selamanya bersama ayah. Namun aku merasa, waktuku tak lama lagi. 


Aku tak bisa beraktivitas seperti orang-orang pada umumnya. Masa remajaku seakan habis di rumah sakit ini. Seandainya aku bisa meminta pada Tuhan, 

Tolong berikan aku waktu  dan membiarkan orang-orang di sekitarku bahagia saat aku tiada. 



Ayah terbangun dari tidurnya dan membuyarkan semua lamunanku. 

 *(Aam Nurhasanah)* 


Aku hanya bisa menatap kosong ruang yang serba putih.Kupandangi wajah lelah ayahku yang setiap saat harus menemaniku ketika rasa sakit itu datang.

Dalam hati aku berkata,"Maafkan aku ayah yang selalu merepotkanmu," tanpa terasa air mataku menetes.

Aku hanya bisa berharap semoga sakitku bisa semakin membaik. Andaipun aku harus pergi, aku ingin pergi dengan damai tanpa meninggalkan duka mendalam buat orang- orang yang mencintaiku.

Meski harus menahan sakit aku selalu berusaha  tersenyum, karena senyumku bisa sedikit menghiburku dan mengurangi rasa sakitku.

 *(Endang Giartiningrum)*


_"Mas Hendra ... Mas ..."_

Tiba-tiba terdengar suara memanggil ayah.

"Ayah, itu seperti suara tante Mira, _deh,"_ kataku pada ayah.

"Iya, betul. Ada apa dia pagi-pagi ke sini," jawab ayah bergegas keluar kamar.

Aku pun mengikuti ayah menyambut tante Mira.

"Mir, ada apa? Pagi-pagi masuk teriak-teriak segala," ujar ayah pada tante Mira yang kelihatannya tersengal-sengal seperti terburu-buru. Om Ardi yang berjalan di belakang tante Mira langsung duduk dengan muka agak _nekuk._

"Mas, Rayhan!" teriak tante Mira.

"Kenapa dengan Rayhan?" tanya ayah heran.

"Dia dibawa ke kantor polisi," jawab tante Mira sambil menatap wajah ayah dengan mata berkaca-kaca.

"Apa? Ini sudah kali ketiganya," jawab ayah sambil mengalihkan pandangan ke arah Om Ardi yang seakan _cuek._

*(Luluk Ernawati)*

"Reyhan ini memang terlalu, sudah berapa kali dia buat kekacauan seperti ini, memang seharusnya dia itu diberikan hukuman" kata Om Ardi ketus. Reyhan memang berkali-kali telah membuat masalah, tapi ini tidak menyurutkan cinta ku padanya, aku mau di akhir hidupku, masih ada seseorang yang mencintaiku sebagai kekasih yaitu Rayhan. Kupandangi wajah ayahku yang tampak sendu ketika mendengar  Rayhan kekasihku berurusan dengan polisi *(Inna Nivanti)*

Rayhan, lelaki yang sangat kucintai memang suka membuat masalah, Tante Mira sangat menyayanginya bahkan memanjakannya. Itu mungkin yang membuat dia agak ugal-ugalan, suka membuat masalah. Dalam kegelisahanku, antara menahan sakit dan berita tentang Rayhan, kembali bayangan ibuku mendatangiku, mengelusku lembut membuatku semakin merindukannya. Aku teringat ketika beliau bercerita bahwa aku sebenarnya mempunyai seorang saudara, kakak lelaki yang diasuh oleh saudara ayahku. Kakakku pastilah seperti ayahku, sabar, penyanyang dan tegas, bukan sosok seperti Rayhan yang suka membuat masalah. Namun demikian  aku tetap sangat mencintainya. "Ra..." Lembut suara ayah membuyarkan lamunanku. ( *Sunik Kartirahayu*)


Sore itu udara cukup dingin,  ayah membawa segelas teh hangat untukku. Kutatap wajah ayah yang kusam mungkin karena capek,  dalam keheningan aku menyela,


"Ayah...bolehkah aku mengatakan sesuatu," kupegang tangan ayah kutempelkan dipipiku. 


Tentu putriku,  katakanlah apa yang kau mau," jawab ayah sambil mengusap rambutku. 


"Maafkan Aira Yah... kalau selama ini aku menyembunyikan sesuatu dari ayah," ucapku sambil kuletakkan kepalaku di pangkuan ayah. 


"Ada apa putriku... katakanlah," ayah menatapku. 


"Aku mencintai Rayhan Yah..." tanpa terasa air mataku berderai membasahi kedua pipiku. 


"Apa?" ayah terperangah,  kaget bagai disambar petir. *(Lilik Nur Kh)*


Suara ayah terdengar hingga ruang tamu tempat Tante Mira dan Om Ardi duduk. Mereka bergegas bangkit dan menuju ke kamar tempatku dan ayah berada.


"Ada apa, mas?" tanya Tante Mira pada ayah.

"Aira baru saja mengatakan kalau berpacaran dengan Reyhan, Mir." Jawab ayah sembari mengusap keningnya.


Tanpa berpikir panjang, Tante Mira mendekat padaku.

"Betul yang ayahmu bilang, Ra?" Tanyanya lembut seraya mengelus rambutku.

"Iya tante, Aira sangat mencintai Reyhan." Jawabku memelas.


"Tidak boleh, ini tak boleh terjadi!" Teriak ayahku mengagetkan suasana yang tadinya sendu di kamarku.

"Mas, pelan dan Jangan emosi dulu." Ucap Tante Mira pada ayah berusaha menenangkan.


Tante Mira pun mendekapku. 

"Ra, ini memang tak boleh terjadi." "Kamu dan Reyhan adalah saudara kandung." "Memang ini semua kesalahan tante karena tak menceritakan semua ini dari awal" Tante Mira berusaha memberikan penjelasan padaku.


"Tidak, sekali Reyhan tetap Reyhan." Teriakku sambil kutatap wajaha semua orang yang ada di kamarku. 

Kepalaku terasa pening dan tiba-tiba...     

Pett....


*(Catur Rochman)*


Tiga hari aku opname di Rumah Sakit Central Medica di kotaku. Aku tak mau siapapun menjengukku, termasuk Rayhan. Ayah yang senantiasa mendampingiku dan merawatku selama aku sakit. Berkali-kali Rayhan ingin masuk ruangan. Tapi aku selalu menolak. 


Mataku sembab karena hampir setiap waktu menangis. Ayah sedih melihat kondisiku. 


Rayhan yang awalnya tidak mau menerima kenyataan akhirnya luluh juga hatinya. Ia lebih rasional. Kalaupun tidak bisa menjadi sepasang kekasih ia masih bisa menyayangiku sebagai adik kandungnya sendiri. Sedangkan aku masih belum bisa menerima kenyataan ini.


Waktu menunjukkan pukul 8 malam. Ayah meminta izin keluar sebentar untuk makan malam. Ia lantas berbicara kepada salah satu perawat.


"Suster, saya pamit sebentar mau cari makan malam. Saya titip Aira ya!" Perintah ayah kepada salah satu perawat.


Begitu ayah berlalu, tiba-tiba Rayhan masuk ruangan. Sudah lama sepertinya ia menunggu kesempatan ini. Kesempatan untuk bertemu aku, kekasih hatinya yang kini adalah adiknya tercinta.


Begitu ia membuka pintu kamar perawatan, Rayhan langsung melihatku yang sedang duduk.


"Rayhan!" Teriakku kaget


Rayhan langsung berlari memelukku. Lama sekali. Aku ingin melepasnya tapi aku justru merasa lebih tenang dan nyaman.


Pelukannya hangat. Tangannya mengelus kepalaku berulang kali dengan lembut sambil berkata,


"Kenyataan ini sangat sulit bagi kita. Tapi kita harus menerimanya."


Kalimat demi kalimat penenang meluncur dari mulutnya. Air mataku terus mengalir dari balik punggungnya hingga baju belakangnya basah.


"Ayah tak mampu merawat kita berdua secara bersamaan karena ibu kita meninggal. Kebetulan Tante Mira tidak punya anak. Ia memilih mengasuhku dengan syarat menyembunyikan identitas. Ia ingin aku menganggapnya sebagai ibu kandungnya sendiri. Ia takut kalau aku tahu akan pergi nya." Jelasnya dengan lembut.


Seminggu berlalu. Rayhan setiap hari mengunjungiku. Kadang ia memijitku dan menyuapiku. Bahkan membacakan novel baru yang baru ia beli untuk menghiburku.


"Kata dokter, kamu mengalami perkembangan yang bagus. Nafsu makan membaik. Bahkan berat badanmu naik 1 kg. Rambutmu juga sudah tidak rontok lagi. Kamu tambah cantik sekarang" 


Manis sekali kata-kata itu. Aku melihat senyum bahagia itu terukir saat ia  menatap mataku. Tapi aku tahu itu hanya untuk menghiburku. Waktuku mungkin tidak lama lagi. Setiap malam aku masih merasakan sakit yang luar biasa di kepalaku.


Sungguh perhatiannya semakin membuat aku tak rela melepasnya. Hanya saja sepertinya kematian memang yang terbaik. Jika aku hidup maka aku tidak akan sanggup menerima kenyataan bahwa ia adalah anak pertama dari ayah dan almarhumah ibuku.


Baru kemarin aku mendapat kebahagiaan bahwa Rayhan mencintaiku. Ia adalah laki-laki pertama yang kucintai. Tapi, kenapa semua itu harus berakhir begitu cepat? Kenapa aku harus tahu kebenaran ini? 


Telah tiba saatnya rahasia besar terbongkar.     Harapanku untuk hidup bersama Rayhan, kandas. Kisah manis terpaksa harus aku akhiri. Ribuan kenangan harus aku telan.


Aku hanya diam di ruang serba putih ini. Ada amarah yang tak mampu terluapkan. Ada banyak impian yang tak bisa teraih. Juga banyak rencana yang hanya berujung wacana.


Berlinang air mata di pipiku. Belum pernah aku merasa sejatuh cinta ini pada seseorang. Namun, dalam waktu yang sama semua harus berakhir.


Bukan karena ada pihak ketiga. Bukan karena hilang kepercayaan. Bukan karena tidak saling mencintai lagi.


Justru harus dipaksa berakhir di waktu puncak cinta menggelora. Ibarat burung, aku sedang terbang tinggi lalu sayapku patah dan aku harus jatuh terjungkal.


Dalam kesedihan yang mendalam, tiba-tiba aku melihat cahaya. Cahaya yang sangat lembut. Cahaya yang membuat aku nyaman, melayang dan menjadi yang paling terang di atas langit.


Kini aku berada di bawah hamparan tanah dengan taburan bunga di atasnya. Aku berada tepat di sebelah ibu. Aku sudah tenang bersama ibu. Selamat tinggal dunia.


_"Hidup tak selamanya terasa manis, tapi tak selamanya pula terasa pahit. Jika takdir sudah berkata, maka tidak ada yang mampu mengubahnya Kembali. Seperti layaknya kertas yang telah menjadi abu. Dalam hidup pasti ada liku-liku yang menemani kita. Begitu pun dengan cinta. Setiap cinta pasti ada kelok-kelok yang ingin menghancurkannya. Tapi, hanya cinta sejati yang mampu menahannya, karena cinta sejati akan selalu menanti kita sampai kita kembali dalam dekapan-Nya."_



Tak menyangka, dari cerpen bergilir ini telah menghasilkan karya yang luar biasa. Cerpen ini berakhir tragis karena tokoh Aku (Aira) meninggal dunia dan tidak bisa bersama dengan lelaki yang dicintainya (Reyhan) karena mereka adalah saudara kandung. 


Para kontributor yang membuat cerpen ini merasa baper dan merasakan kesedihan yang luar biasa. Saya sampai memberi emoticon tangisan yang sangat banyak. 


Dengan diadakannya menulis estafet cerpen ini bertujuan  agar peserta terbiasa menyambungkan kalimat sebelumnya sehingga menjadi paragraf yang padu. 


Sangat tertantang sekali sebagai pendatang baru di Komunitas Aksara Bermakna. Semoga besok saya bisa menaklukkan tantangan yang lainnya. Amin.


#Day4NovAISEIWritingChallange




Challenge Resensi Buku “ Kisah Serdadu-serdadu Kecil”

  Sumber: www.wijayalabs.com Resensi Buku “ Kisah Serdadu-serdadu Kecil” Hai sobat Lage, hari ini saya mendapat kejutan buku karena suda...