Kamis, 17 Desember 2020

TANTANGAN NARSUM DADAKAN




Rabu, 16 Desember 2020 pukul 19.30 adalah malam yang tak terlupakan. Bagaimana tidak, semalam saya harus menggantikan narasumber yang tidak dapat hadir. Seharusnya malam ini diisi oleh Bapak Agus Sampurno. 



Namun, beliau ada rapat mendadak dan spontan Omjay menunjuk saya untuk menggantikan Pak Agus. 

Awalnya saya merasa ragu, merasa tidak yakin karena merasa ilmu saya masih sedikit. Namun, saya tidak dapat menolak permintaan Omjay dan tidak ingin mengecewakan semua peserta gelombang menulis. 

Sedikit modal pengalaman menjadi moderator, akhirnya saya memberanikan diri untuk menjadi narasumber dadakan untuk pertama kalinya. Tanpa persiapan saya akhirnya mulai menceritakan kisah saya saat menjadi peserta, moderator, sekaligus penulis buku. Cerita pun dimulai. 

Saat itu, saya pertama kali ikut kelas menulis diajak teman kepala sekolah. Beliau adalah Ibu Sulistijowati, S.Pd. Kepsek SDN 1 Bintangsari Cipanas.

Saat di gelombang 8, saya terpaku dengan Pak Bambang Purwanto yang saat itu bertugas sebagai moderator sekaligus ketua kelas yang selalu menyiapkan link daftar hadir.

Namun sayang saat di gelombang 8, saya tidak fokus dan tertinggal banyak materi. Dulu kalau tidak salah, kuliah dimulai sore hari dengan jadwal pertemuan hari Senin sampai Jumat.

Terbayang kan? Saya ditinggalkan Bu Nora, Pak Bambang, Mayor Nani dan teman-teman yang lainnya

Saya kemudian mengulang kelas di gelombang 12. Saat itu moderator yang bertugas adalah ibu Fatimah dari Aceh. Beliau selalu mengingatkan peserta untuk Disiplin, Jujur, Tulus, Ikhlas dan Sabar (DJTIS)

Saya sangat mengagumi Ibu Fatimah. Beliau sangat hebat dalam memandu kuliah ini. Saat itu karena saya ada di dua gelombang, secara sadar saya meneruskan materi di gelombang 12 ke gelombang 8. Tanpa disuruh.Begitulah, awal mulanya saya meneruskan materi hingga sampai saat ini.

Saat saya menjadi peserta gelombang 12, semangat saya makin berapi-api. Saat pertemuan ke 5, narasumber saat itu adalah Dra. Sri Sugiastuti atau lebih akrab disapa Bu Kanjeng. Sebelum sesi materi berakhir, beliau menawarkan semua peserta untuk bergabung membuat buku antologi. Lebih keren disebut buku keroyokan. Karena pesertanya banyak. Hehee

Buku antologi pertama, yang melanjutkan langkah kecil untuk meraih hal besar. Mengapa? Karena seorang penulis hebat, berawal dari penulis pemula.

Sesuatu yang kecil akan menjadi besar, jika kita terus melakoninya dengan ikhlas, dan niat yang lurus.Itulah awal kisah menulis saya di gelombang 12.







Ini adalah antologi pertama saya. Karena disusun berdasarkan alfabetis, qodratullah nama saya ada di urutan pertama. 




Buku ini adalah hasil pelatihan kumpulan resume saat menjadi peserta gelombang 12. Alhamdulillah, sudah 3 kali cetak dan habis 82 eksemplar. 18 lagi genap 100 nih.



Saya ngefans sama Cikgu Tere sampai barter buku dengan beliau🤭🤭🤭.






Ini murid-murid saya. Cantik kan??? Hehehe.





Ini antologi kedua saya, bersama Pak Mukminin(Cak Inin). Buku antologi peserta gelombang 8. Agak lambat, namun jadi juga🤭🤭🤭.




Buku antologi yang ke 3 dan untuk pertama kali saya jadi Kurator. Buku ini di bawah bimbingan Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd.

Pengalaman menjadi kurator sungguh sangat berkesan. Kami bisa menjadi dekat satu sama lain. Perlu komunikasi yang baik dengan semua peserta agar naskah buku cepat terkumpul dan siap diterbitkan. 



Buku Parenting 4.0 Mengenal Pribadi dan Potensi Anak Generasi  Multiple Intelligence adalah buku duet saya dengan Prof. Richardus Eko Indrajit yang saat ini tembus ke Penerbit Mayor PT Andi dan saat ini sedang antri cetak.

Saat saya sukses dialumni gelombang 12, saya dimasukkan oleh Omjay ke grup TIM OMJAY. Saya bertugas menjadi moderator yang bertugas memandu acara dan meneruskan materi ke gelombang lain.

Dari gelombang 12-16, saya masih bertahan membantu Omjay menjadi moderator. Sampai suatu malam ibu Hati memberikan apresisasi kepada saya untuk membuat buku tentang moderator tanpa membayar sepeser pun. Ibu Hati dari Penerbit Tata Akbar.


Saya jadi ingat kalimat ini, jika kamu berbuat baik, maka kebaikan akan kembali kepadamu. Seperti tulisan saya di blog.  


Ada yang bertanya kepada saya, bu Aam dibayar berapa jadi moderator? Saya menjawab, saya mencari pengalaman, bukan cari bayaran. Sejak saat itu, tawaran jadi moderator silih berdatangan.

 



Ibu Kanjeng dari Penerbit Oase Pustaka memberikan apresiasi kepada saya, sungguh kesempatan yang luar biasa.





Buku solo kedua saya, yang akan saya terbitkan di Penerbit Oase Pustaka. Cukup sekian pemaparan dari saya. Semoga para peserta semakin termotivasi untuk  terus menulis. 

P1

Selamat malam, Bu Aam memang kerenn banget. Sebagai moderator dan penulis andal. Ini merupakan pengalaman pertama saya ikut kuliah via WA. Saya pernah jd narsum dan moderator via zoom. Menurut saya, tentu tantangan via WA lebih berat daripada zoom karena hanya mengandalkan tulisan atau suara. Bagaimana cara mengatasinya ? Terima kasih. Min Hermina, Cikampek. 

Terima kasih atas pertanyaan Bunda Min Hermina. Beliau salah satu peserta aktif, yang selalu mengirimkan pertanyaan kepada saya. Salutt👏👏👏

Menurut saya, moderator online via WA malah lebih enak bunda. Kita tidak harus selalu stand by di depan laptop. Bisa sambil tiduran dan bisa sambil jualan. Karena satiap malam saya jadi moderator sambil jaga toko. Hehehehe.

Bagaimana cara mengatasinya? Untuk moderator online yang hanya via WA, kita harus ada persiapan terlebih dahulu.




Semoga puas atas jawabannya ya bunda Min😁😁

P2

Sebagai moderator suka kesulitan kalau pesertanya pasif (seperti saya) bagaimana cara mengatasinya? Yuningsih Bekasi.

Nah, ini tantangan dari moderator via WA grup. Biasanya, kalau narasumbernya kurang menarik, pertanyaan yang masuk akan sedikit. Namun, sebagai moderator kita harus bisa mengatasi masalah itu.

Misalnya dengan cara mengajukan pertanyaan kepada narasumber untuk mengulur waktu atau kita bisa minta narasumber untuk membagikan link youtube atau PPT. 

Pokoknya bagaimana kita bisa mengkondisikan kelas supaya tidak boring, merupakan tantangan tersendiri.

Moderator juga harus bekerja sama dengan narasumber untuk menghidupkan kelas. Terima kasih Bunda Yuningsih. Terima kasih sudah order buku saya. 🙏🙏


P3

Sriwati SMP N 1 CIPANAS LEBAK. Terima kasih pemaparannya Omet. Sangat luar biasa motivasinya dan, terimakasi berkat Omet saya udah bikin 3 antologi buku yaitu 2 fiksi(puisi), 1 Nonfiksi bersama Bu Kanjeng. Pertanyaan saya Omet, bagaimana dapat membagi waktu antara kesibukan pekerjaan dan menulis. Terima kasih. Salam literasi.

Terima kasih Ometku. Bu Sri ini teman MGMP Bahasa Indonesia. Sudah dekat sekali sampai-sampai sapaannya Omet. Heheehe.

Trik membagi waktu antara kesibukan pekerjaan dan menulis adalah buat skala prioritas. Mana yang urgent, kita dahulukan. Atau bisa dengan menulis catatan kecil yang disimpan di sandal jepit. Saat kita akan pakai sendal jepit tersebut, kita pasti  akan ingat tugas kita, dan tidak akan lupa jadwal kita. Cara terakhir buat pengingat di hape dan di tembok. Karena saya pelupa, saya tulis agenda saya setiap hari. Karena tidak mudah sebagai kepala sekolah, guru, ibu rumah tangga, penulis, untuk bisa membagi waktu hingga semua tugas  bisa dikerjakan dengan tepat waktu.

Tiga pertanyaan yang luar biasa. Terima kasih ya🙏🙏.

Izinkan saya berbagi tips menulis.
  • Jika Anda penulis pemula, tulislah hal-hal yang ringan dulu. Misalnya dengan menulis 3 alinea, pembuka, isi, dan penutup.Tips ini saya dapat dari Omjay. Tips yang saya pakai hingga saat ini.
  • Amatilah di sekitar Anda. Jika Anda lihat somay, buatlah blog tentang somay. Jika Anda melihat kucing, buatlah blog tentang kucing.
  • Begitu banyak hal yang bisa kita tulis, dan begitu banyak moment yang terlewat begitu saja.
  • Menulis itu mudah. Yang sulit adalah memulai. Jangan jadikan beban saat kita menulis. Banyaklah membaca agar menambah pembendaharaan kosa kata kita.
  • Lapar membaca, akan membuatmu semakin gemuk menulis. 
  • Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, guru mulia karena karya.
  • Tak ada gading, yang tak retak. Sempurna hanya milik Allah.
Semoga dengan menulis antologi, dapat menjadi langkah Anda untuk menjadi penulis hebat di masa depan. Tetaplah rendah hati ya. Jadilah gelas kosong yang mau belajar dengan siapa saja.

Saya sebagai narasumber dan sekaligus moderator, hanya ingin berbagi. Mohon maaf apabila terdapat kekurangan baik kata maupun bahasa. Tetap semangat ya buat peserta yang sedang membukukan naskahnya. 

Salam blogger inspiratif. 
Aam Nurhasanah, S.Pd. 
SMPS MATHLA UL HIDAYAH CIPANAS.


#Day16DecAISEIWritingChallange








10 komentar:

  1. Keren Bu Aam...
    setelah lama tidak BW, saya BW pertama ke Blog Bu Aam...
    Bermula dari Narasumber dadakan, ke depannya akan menjadi Narasumber tetap!!!
    Sukses selalu Bu Aam..
    Terus memotivasi

    BalasHapus
  2. Melesat pesat saya suka, curhat curhat kita membuahkan buku dan menebar virus cinta literasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul bunda. Terima kasih selalu menyemangati. Mohon bimbingan terus dari bunda

      Hapus
  3. Wow bukunya banyak... Keren, Bu Aam. Menginspirasi 😀😀

    BalasHapus
  4. Siap Pak Ozy. Masih belajar ini. Semangat!!!

    BalasHapus

Challenge Resensi Buku “ Kisah Serdadu-serdadu Kecil”

  Sumber: www.wijayalabs.com Resensi Buku “ Kisah Serdadu-serdadu Kecil” Hai sobat Lage, hari ini saya mendapat kejutan buku karena suda...