 |
COVER NOVEL JUMINAH
|
#24
MEMBAWA PERUBAHAN
Sudah dari sejak awal, sebetulnya banyak teman
yang menawarkan bisnis. Ada yang berbentuk investasi, Multi Level Marketing, Natura
word, Eco Racing, Paytren, dan lain-lain. Tapi aku sama sekali tidak tertarik
untuk itu. Aku sudah merasa nyaman saja dengan pekerjaanku yang walaupun hanya
sebagai TKW di Saudi, setidaknya pekerjaanku ini halal dan tidak
merugikan orang lain.
Tapi kali ini beda, aku mulai menguji dari
sepersekian waktu yang sudah aku lewati
dengan mengorbankan cita-citaku dan pendidikanku. Kini, aku butuh dunia
lain. Ada bisnis yang aku sudah tahu dari awal awal tentang CAR 3i network. Temanku sempat mengajak
dulu. Tapi, aku never mind saja.
Sekarang aku sedikit kepo dengan bisnis
investasi dan network insurance ini.
Aku mencari tahu orang yang tepat untuk bisa kasih aku penjelasan. Tepat,
kebetulan orang ini sudah menyandang posisi Gold Agency. Yang mana itu
berarti ia sudah melewati banyak tahap mulai dari team agency sampai bisa sampai bisa ke Gold.
Aku bertanya banyak hal dan ia cukup menjawab
dari setiap pertanyaan yang aku ajukan. Apa itu resikonya, bagaimana cara
kerjanya, bagaimana bisa mencapai tahap demi tahap, dan masih banyak pertanyaan
lainnya.
Setelah aku pahami, baru aku mengerti. Tapi, tetap saja belajar sambil berjalan
supaya bisa lebih paham. Aku saring kembali karena untuk menentukan suatu
keputusan yang akan sangat menentukan kehidupan ke depannya. Tidak sembarang
bilang “ok” saja untuk join bisnis.
Menurut pandanganku, dalam dunia bisnis itu
tidak hanya sekedar kita masuk team dan hanya numpang nama. Tapi jalankan
bisnisnya agar dapat hasilnya. Namun secara iseng saja, aku lihat pertemanan
orang yang Gold Agency di 3i network tadi, aku melihat ada profil
yang disitu tertulis “merangkul succes bersama B Star.”
Aku liat tentangnya, ternyata dia orang Bogor.
Lalu aku korek info darinya tentang B Star ini, tapi jawabannya tidak memuaskan
karena ketika aku tanya secara lisan, dia menjawabnya pakai gambar dan tulisan.
Malah langsung bilang daftar saja dulu katanya.
Aku orangnya sedikit penasaran. Aku ketik saja
di pencarian “B Star” lalu orang yang
pertama muncul B Star Nasional adalah Pak Hartono. Ketika aku lihat, kebetulan
dia aktif, lalu aku telpon langsung, alhamdulilah diangkat. Lalu kami ngobrol
panjang lebar seputar B Star ini, dan alhasil “perfect” orang ini, yang mana ia
memperkenalkan namanya “Muji Hartono” berasal dari Bandung, succes
membawa perubahan terhadap mind set.
***
B Star/ Bhineka Life ini adalah gabungan
antara network marketing, insurance, dan yang menariknya, ada reward-reward
lainnya. Modal Anda jadi tabungan. Aktif di bisnisnya anda dapat penghasilan. Prestasi
anda diberikan reward umroh, jalan-jalan, mobi,l dan rumah. Legal dan halal
tentunya.
Tidak hanya sampai disitu, Pak Muji juga banyak
memberikan asupan motivasi. Kata-kata yang tidak pernah aku lupa kata kata
pertama yang ia ucapkan padaku.
Flyer Muji Hartono
Bagiku, dia tak hanya sebagai upline aku, mentorku, bahkan aku
menganggapnya seperti kakak sendiri. Ia juga sebenarnya sarjana S2 dan Guru di SMK.
Lalu apa yang membuat nya memilih dunia interpreneur ini, itu juga yang membuat
aku yakin dibalik rasa penasaran juga ia mengatakan bahwa aku bisa dan patut
untuk diperjuangkan hingga sukses. Sejak itu, aku memutuskan untuk berani mencoba
dan belajar di dunia entrepreneur.
***
Aku berkata jujur dan terus terang kepada Ndon
yang saat ini menjadi kekasihku. Keputusanku untuk mencoba dunia bisnis ternyata
tidak mendapat tanggapan yang baik darinya. Bahkan ketika aku mengajaknya untuk
mari bersama berjalan bersamaku, karena ini juga untuk masa depan kita. Dia tetap
pada jalannya.
Ndon, masih setia bekerja di Saudi, tidak mau
mengenal bisnis, dengan alasan aku tidak akan mampu untuk itu, aku kurang suka
bisnis, dan bla bla bla.. Padahal aku
meyakinkan juga bahwa kita bisa sama sama belajar.
Sulit untuk aku ungkapkan tentang apa yang
kurasa saat kekasih sendiri tidak menjadi bagian dari penyemangatku. Aku mulai
bertanya pada hatiku. Kebetulan aku sengaja mencari tahu di youtube tentang
tujuan menikah.
Aku mendengarkan ceramahnya Ustaz Felix Shiau yang
menjelaskan persepsi nikah bahwa untuk menentukan sebuah pasangan hidup itu,
kita harus mengetahui terlebih dahulu apa persepsi kita sebenarnya? Apa yang
kita butuhkan dari seorang pasangan kita? Di sini, Ustaz Felix mencontohkan dengan
cerita dua anak muda yang disuruh untuk masuk ke sebuah hutan dan mengambil satu
buah kayu, tanpa mundur lagi ke belakang syaratnya.
Anak muda yang pertama, dia menemukan sebuah
kayu. Kayu itu bagus, mulus, putih, dia tidak mengambilnya. Dia berpikir di
depan sana mungkin ada yang lebih bagus lagi. Setelah ia menemukan yang lebih bagus,
ia tidak jadi mengambilnya. Ia berpikir lagi, mungkin di depan masih ada yang
lebih bagus dari ini. Begitu seterusnya, ia berjalan, tanpa terasa ia sudah keluar
dari hutan tanpa membawa satu batang kayu pun.
Beda halnya dengan anak muda yang satu lagi.
Dia mengambil satu batang kayu yang padahal kayu itu tidak begitu bagus dan
tergolong biasa-biasa saja. Ia lalu ditanya, mengapa kamu mengambil kayu yang ini? Dia lalu menjawab, karena dari awal ketika
saya mau masuk ke hutan, saya sudah niat dalam hati, akan mengambil sebuah kayu
tidak perlu bagus, tidak perlu mulus, tidak harus putih, tapi yang penting kayu
itu kuat.
Sekarang, ketika aku bertanya pada hati.
Persepsi aku itu apa? Nyatanya, aku belum menemukan orang yang tepat. Pada akhirnya,
akupun memutuskan untuk berpisah dengan Ndon, karena aku rasa, tidak akan
mungkin bisa bersatu jika nyatanya dia bukan termasuk dari baagian persepsi
aku.
Ndon pun tidak terlalu mempermasalahkan
keputusanku, karena jika harus dipaksakan pun, untuk dia bisa menyukai jalanku,
untuk mari merubah mindset, itu tidak
perlu kulakukan. Dia nyaman dengan dunianya, dan itu haknya. Ia juga paham akan
taqdir dan ia juga yakin, bahwa mungkin ada perempuan lain yang sudah Allah siapkan
untuknya. Terlebih ia juga tahu bahwa hati itu, tidak bisa dipaksakan. Jika
tidak ada lagi kecocokan, Yaaa ma’assalamah. Namun dengan begitu, kami juga tidak saling membenci. Tetap saling
mendo’akan yang terbaik saja.
#25
BIJAK
Handphone
berdering tanda panggilan masuk. Namun sengaja, aku tidak mengangkatnya karena tanggung
sedang memasak. Tak lama kemudian, handphone
pun berbunyi kembali notification
pesan whatsapp masuk. Kali ini aku sempatkan untuk check notif dulu. “Nomor Baru”
Aku cek panggilan yang yang tak sempat aku
angkat tadi. Nomor yang sama ternyata. Siapa yaa? Pikirku dalam hati. Lalu karena
penasaran aku buka pesannya.
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam. Maaf dengan siapa?”
“Euceu, gimana kabarnya?”
Panggilan itu terasa menusuk jantungku. Aku
memejamkan mata dan mengalihkan tatapanku ke arah lain tak ingin melihat sms
itu lagi. Panggilan Euceu itu mengingatkanku akan kenangan yang dulunya indah
dan menyenangkan, namun berubah menjadi menyakitkan.
Tanganku seolah terpaku di layar handphone seakan
belum cukup dengan kesedihanku hari ini karena baru saja kemarin aku putus dengan
Ndon. Hanya karena hal beda pandangan dalam menilai sebuah bisnis. Aku harus
rela melepaskan laki-laki, yang padahal tidak dapat aku pungkiri bahwa aku mulai sayang padanya dan tidak akan
menolak sebetulnya jika tiba pada waktunya ia datang melamarku.
Memang mungkin pada intinya, dia bukan jodohku
dan sekarang Haetami datang kembali dalam hidupku setelah menorehkan luka yang
belum sembuh walau sudah hampir 2 tahun berlalu. Detik itu juga dinding
pertahananku mulai kembali goyah. Apakah aku masih mencintai laki-laki itu atau
sudah membencinya?
Aku sendiri pun belum tahu pasti entah apa
maksud kedatangannya, yang sering datang dan pergi dengan semaunya sendiri. Aku tidak mau lagi berurusan dengan suami
orang. Walau sebelum dia menikah, dia pernah meminta untuk tidak memutuskan
silaturohmi di antara kami.
Tapi nyatanya, sebijak apapun aku bersikap, agar
tidak melukai hati tapi tetap saja. Belum tentu niat baik menjalin persaudaraan
di terima dengan baik pula karena itu pula yang terjadi pada mantan tunanganku,
“Ahmad”.
Pernah ketika ia menghubungiku ingin bekerja
sama dalam berbisnis, tapi ternyata tanggapan dari istrinya berbeda. Padahal ia
hanya ingin mencoba berbagai jalan usaha. Itu tidak ada niat lain kecuali untuk
istri dan anak anaknya kelak. Sejak itu, aku memutuskan untuk memutuskan
hubungan dengan mereka, dengan cara block kontak mereka.
Walau aku tahu mereka mungkin akan kembali
menghubungi dengan nomor baru lagi dan aku tidak bisa ganti nomor baru selagi
aku masih di Saudi. Karena hanya untuk membeli kartu saja, ada beberapa
persyaratan. Tidak seperti di Indonesia. Singkat kata, saat ini aku lebih memilih
sendiri dan tidak tahu entah sampai kapan.
Aku tidak lagi ingin memikirkan jodoh. Biarkan
ia datang tanpa aku undang. Tugasku sekarang. Aku harus fokus di bisnis. Yang
baru akan aku jalani.
***
Akhir di bulan Sepetember 2020, aku memulai
belajar sesuatu yang baru aku kenal ini. Ini memang pertama kalinya aku mencoba
dunia marketing. Aku Mulai memposting tentang bisnis ini, hingga muncul
berbagai pertanyaan pertanyaan, baik yang coment di beranda ataupun inbox
langsung. Sedangkan, tidak mungkin aku bisa balas sms mereka semua karena
posisi aku di sini sedaang bekerja pada orang lain.
Start to
work mulai pukul 10.00 am until 12.00
pm. Di saat waktu istirahat pun aku tidur di kamar anak-anak karena kadang anak
kecil suka bangun malam-malam. Entah ingin minum susu atau kadang ingin ke
kamar mandi. Bahkan, aku tidak bisa tidur tenang di saat anak-anak sedang
sakit. Aku hanya menggunakan waktu istirahataku
kira-kira dari jam mulai stirahat sampai ba’da subuh menyempatakan untuk
belajar tentang marketing.
***
Sebagai perempuan, sekadar membuat pilihan
saja sudah menantang. Menjadi succes dan disukai bukan hal biasa untuk
perempuan. Yang berkarya, yang bekerja di luar rumah, memilih bergaya dengan
suka rela sepenuh hatinya. Mereka yang berani unjuk diri, sering kali justru
dihindari. Banyak yang harus diperbaiki, tapi mari memulai dari diri sendiri.
Tidak ada yang lebih tau siapa perempuan selain kita sendiri.
Definisi kepercayaan diri adalah mengetahui
impian masing-masing. Perempuan diciptakan memiliki kelembutan hati. Namun
jangan pernah berpikir hal itu adalah kelemahan seorang perempuan, karena
melalui kelembutan itu pula tercipta manusia sukses.
Meski perempuan tak punya tubuh sekuat laki-laki.
Tapi perempuan punya sisi lain lebih sabar menahan perihnya hidup. Walaupun
terkadang kesedihan itu diutarakan dari tangisan. Tapi seorang perempuan yang
kuat, akan bangkit dengan segera. Adanya emansipasi membuat wanita sekarang
bisa bekerja sama dengan laki laki. Dengan membaca kata-kata bijak, asupan
motivasi membuatku menjadi perempuan yang lebih bahagia. Bersyukur dan lebih
percaya diri lagi.
***
Tataplah satu tujuan dan fokus. Ketika aku
sudah mengambil jalan yang telah aku yakini kebenarannya, maka aku juga harus
menerima konsekuensinya. Karena keterbatasan waktuku, aku sengaja membuatkan
sebuah video presentasi atau sedikit penjelasan tentang bisnis yang aku jalani
ini.
Jika timbul pertanyaan, bagaimana yang aku
rasakan, ketika setelah mencoba bergerak dan apa jawaban orang-orang tentang
produk yang aku tawarkan ini, jawabannya
sangat beragam. Ada yang antusias ingin tahu lebih jelas, ada yang tertarik
sekali. Ada yang hanya sekadar ingin, walau ada kata tapinya. Ada yang perlu
dibantu dari segala arah. Ada juga yang hanya sekedar nanya-nanya saja. Ada
yang ujung-ujungnya bertanya ke ranah pribadi misalnya sudah punya kekasih atau
belum? Selain itu, yang nyinyir juga tentu ada. Ditambah yang ngeyel ada pula.
Yang sok merasa paling benar pun, tidak ketinggalan,
Ada satu hal yang membuatku lucu. Dia nanya
komplit banget. Tapi berakhir pada kata. “Lock
Down”. Oh my god. You know what i
think? Hanya bisa mengusap dada pada akhirnya. Seraya berkata “sabar hati”.
Begitulah jika kita terjun ke dunia marketing.
Banyak hal yang harus kita persiapkan dan banyak tantangan ke depannya untuk
meraih kesuksesan.
Aku kirim video presentasi aku ke Pak Muji. Ia berkata, “coba kamu kirim di group team team Bandung. Biar mereka menjadi lebih
semangat bahwa ternyata seorang TKW pun bisa. Orangnya di Saudi tapi jaringannya
dimana mana. Insyaallah, orang lain akan termotivasi,” ucap Pak Muji. Lalu,
aku langsung menjawab, “Iya Pak.” Kebetulan waktu itu aku sempatkan telpon Pak
Muji karena aku mau posting member baru. Entah secara kebetulan juga atau
bagaimana, di situ ada salah satu termasuk upline
aku juga. Yang waktu aku telepon lagi ada acara mau meeting mereka. Sempat aku bicara sebentar. Hanya menyapa dan
saling berkenalan nama saja. Selanjutnya aku pamit matikan telpon karena harus
segera lanjut kerja.
***
Beberapa jam kemudian setelah obrolanku dengan Pak Muji dan orang baru yang sempat
kami saling sapa di telpon tadi, ada
pesan whatsapp masuk.
“Assalamualaikum. Perkenalkan nama saya Kusdiman.
Saya dari Bandung. Saya suka video kamu.”
“Waalaikumsalam. Oh itu, aku masih belajar
pak, hehehe.”
Aku masih cuek saja ketika itu. Lalu
setelahnya dia balas lagi.
“Saya yakin kamu bias dan calon sukses. Aku
siap bantu kamu.”
“Amiin, bantu dari hal apa nih maksudnya?”
tanyaku dengan rasa agak tidak percaya juga sebetulnya.
“Bantu dalam segala hal yang kamu butuhkan.”
Jawabannya menimbulkan pertanyaan selanjutnya
dalam hatiku. Inikah jawaban di sepertiga malam ku? Ketika aku hampir putus
asa. Melihat segala arah. Terus bekerja menjadi kuli yang entah harus sampai
kapan untuk kepuasan dunia semata yang padahal hasilnya pun belum bisa menutupi
segala keperluan hidup. Mengorbankan cinta dan perasaan, demi meraih kata sukses
terlebih dahulu.
Mengorbankan waktu siang, kerja malam pun
istirahat tetap saja terganggu karena tidur bersama anak-anak. Mengorbankan
pendidikan juga yang seharusnya aku memperjuangkan cita-citaku. Tapi nyatanya,
ketika aku mengambil jalan untuk bekerja, lalu setelahnya kembali menyadari tidak
mudah juga untuk bisa ke luar kembali dari gelombang ini, ketika aku bisa mampu
mengukir seulas senyum kebahagiaan pada mereka yang ingin aku bahagiakan.
Mereka menjadi seperti nyaman dengan itu, tanpa mereka tahu apa dan bagaimana caranya aku
bisa mendapatkan itu. Mungkin memang benar, sesuatu yang besar butuh perjuangan
yang besar pula. Sehingga aku berasumsi seperti ini. “Baik, jika memang itu
yang bisa membuat anda anda bahagia. Aku akan memberikan yang lebih daripada
ini.” Sehingga pada akhirnya, aku memilih untuk mencoba hal baru.
Jika mereka bilaang “impian saya terlalu
besar” maka saya bilang “mereka berpikir terlalu kecil, seperti yang pernah
dikatakan mentorku Pak Muji. Jika Anda tidak menemukan cara menghasilkan uang
di saat tidur, maka Anda akan bekerja
terus sampai mati. Mungkin saat ini yang aku lakukan, masih jauh dari kata
ikhlas. Karena sebetulnya pada dasarnya aku merasakan sakit yang teramat dalam.
Sakit ketika aku melepaskan pendidikanku yang
padahal pihak pesantren sangat menginginkan aku untuk terus mengamalkan ilmu
sambil belajar pula tentunya. Sakit, ketika aku harus kembali jauh meninggalkan
kampung halaman dan keluarga. Sakit, ketika bukan hanya satu kali aku melihat
orang yang kucintai bersanding dengan wanita lain, dengan alasan karena terlalu
lama menunggu aku pulang.
Sakit, ketika pula aku mencoba bangkit, tapi
cibiran tetap saja ada. Yang paling lebih sakit lagi, ketika orang yang aku perjuangkan,
masih belum mengerti juga apa yang seharusnya mereka lakukan.
Aku tidak perlu ucapan terima kasih atas apa
yang sudah aku beri. Hanya aku merasa berat jika tidak adanya saling
pengertian. Selama ini, aku selalu membelakangkan egoku demi kebaikan orang
lain. Tapi mengapa? Mengapa mereka tak
bisa memahami aku? Mungkinkah mereka mengharap kehadiranku untuk kembali dalam
dekapan kasih sayang atau mungkin semua itu telah tenggelam dengan adanya
kebahagiaan dari sisi lain?
Saat
ini aku hanya bisa menadahkan kedua tanganku kepada sang pengatur alam beserta
ciptaannya. “Bagaimana seharusnya aku bersikap Ya Allah?” Hanya kepada-Mu aku
bersimpuh dan hanya kepada-Mu aku mengadu dan memohon jalan terbaik. Amin.
***
#26
SEINDAH TAKDIR CINTA
Pak Muji yang kini sebagai mentorku, dia tidak
lagi sering bertanya bertanya bagaimana dengan “B Star”. Namun, ia malah mengajukan
beberapa pertanyaan yang membuatku kaget. Dimulailah pertanyaan pertama dari
Pak Muji.
“Apakah ada sesuatu antara kamu dan Diman?” Tanya
Pak Muji.
“Atas dasar apa bertanya seperti itu kak?”
tanyaku heran.
“Pagi ini,
Diman terlihat semangat. Bahkan dia baru saja memposting 5 orang hari ini. Ia
seperti punya semangat baru, padahal dulu ia begitu murung, malah hampir mau minum
baygond(merk obat
nyamuk).
Sontak aku
bengong seketika. Karena aku sangat penasaran, maka aku bertanya kembali.
“Memang apa
yang terjadi padanya dan bagaimana masa lalunya kak?”
“Bukan hak
aku untuk menjelaskan. Coba kamu tanya pada orangnya saja!” Percakapan pun
berakhir.
Setelah
aku mendengar kata hampir mau minum baygon,
aku menjadi sedikit penasaran. Mengapa aku penasaran? karena dimataku dan penilaianku
sejauh ini, menurutku dia orang yang hebat,
berpendidikan, dan cuek.
Menurutku,
gak mungkin kan kalau orang cuek bisa sakit hati karena perempuan? Tapi pada akhirnya,
aku menemukan jawaban. Walau ia enggan menceritakan tentang masa lalunya, Pak Muji
juga Pak Muhammad salah satu sahabatnya, juga sedikit memberikan keterangan.
Jujur aku
merasa aneh, ternyata ada yah laki-laki yang bisa bertahan menduda 8 tahun
lamanya. Masih ada satu pertanyaan yang belum terjawab. Bagaimana bisa dia
mencintai mantan istrinya itu. Apa yang menyebabkan perceraian itu terjadi hingga
aku mendesak Diman dengan pertanyaan pertanyaan yang sebetulnya mungkin sangat
tidak mau ia jawab.
Tapi karena
dia paham bahwa aku orangnya keras
kepala, tidak akan bisa diam jiga masih ada Tanya di hatinya. Kemudian akhirnya ia menceritakan bagaimana awal mula
ia kenal dengan mantan istrinya itu. Di mana ia pada saat itu ada keterkaitan
bisnis bersama kakak dari perempuan itu, lalu ketika Diman berkunjung ke rumahnya.
Dia mencari
sepatunya karena mau pulang dan ternyata sepatunya itu sengaja disembunyikan
oleh adik dari teman Diman itu, hanya karena si perempuan ingin berbicara pada Diman.
Bisa dikatakan pada intinya memang menyukai Diman. Lalu, si perempuan
bercerita banyak hal tentang dirinya, sehingga pada akhirnya Diman menikahi
perempuan itu.
Aku tanya
kembali. “Lalu atas dasar apakah kamu mau menikahinya?”
“Atas dasar
aku kasihan dan karena dia sangat butuh bantuan. Sebelumnya aku belum pernah
pacaran.”
“Berapa tahun
usia kamu saat itu?”
“26,
timpal Diman.”
“Lalu,
apa sebelumnya kamu pernah menyukai seorang perempuan?”
“Pernah.
Dia seorang perawat. Tapi aku tidak pernah punya keberanian untuk mengungkapkan
perasaanku. Tiba suatu ketika dia menunjukan sikap yang bisa ia simpulkan bahwa
ia juga punya perasaan yang sama. Sehingga akhirnya Diman ungkapkan perasaannya
pada perawat itu. Nyatanya memang benar. Si perawat itu juga memang
mencintainya dan si perawat pun tidak pernah tahu kalau Diman mencintainya.
Tapi hal itu
sia-sia saja. Karena si perawat sudah dilamar laki-laki lain dan hendak
melangsungkan pernikahan dalam jangka waktu dekat. Lalu aku bertanya kembali.
“Mengapa kamu tidak mencari lagi yang lain. Sehingga
menikah atas dasar sama sama cinta?”
“Aku tidak
lagi memikirkan cinta. Yang aku lakukan ke depannya, hanya ingin berbuat
kebaikan dan membantu orang, itu saja. Pernikahan tanpa dasar cinta sebelumnya.”
“Lalu, butuh
waktu berapa lama untuk kamu bisa menyentuh wanita yang sudah sah menjadi istrimu
itu, yang aku tahu sebelumnya dia bukan orang yang kamu cintai.”
Pertanyaanku mungkin sedikit jail kali yaa.. Tapi
aku hanya ingin tahu saja.
“Tiga
hari setelah pernikahan.”
“Ooh.. Cepat
juga yaa ternyata.”
“Ya, namanya
berada dalam satu kamar,”
Entah mengapa
jawabannya membuat hatiku sedikit kesal. Lalu dia melanjutkan penjelasannya.
Setelah
pernikahan itu, tiga minggu kemudian aku ada tugas di Padang dan ketika aku
kembali anaku berusia 8 bulan. Setelah anaku berusia 2 tahun. Tiba-tiba ada
panggilan dari pengadilan agama. Surat gugatan perceraian. Yang aku sendiri
tidak tahu apa salahku.
Selama
ini aku menjalankan kewajibanku sebagai seorang suami dengan sebaik mungkin.
Memberikan nafkah dengan cukup dan kebutuhan lainnya.
Yang
membuatku sakit bukan perceraian itu, tapi dampak dari itu. Itu berarti aku
harus jauh dengan anaku. Aku ikhlas melepas harta, aku ikhlas melepas semua
yang telah aku beri.
Aku
ikhlas melepas cinta. Karena dari awal juga aku menikah bukan atas dasar saling
cinta. Cinta itu datang setelah adanya pernikahan. Ternyata ibarat permen karet,
habis manis sepah dibuang. Hhmm, tapi dengan semua yang telah terjadi itu, tidak
membuat aku putus asa. Aku bangkit kembali dan mencoba memulai hidup baru.
Hingga
tiba pada saat di mana takdir memberikan cinta baru, yang mana awal
perkenalannya dengan ibunya. Tanpa disengaja, ketika itu si perempuan masih
kuliah di bidang perawat. Diman membantu pacar ini dari segi biaya. Yaa kadang
juga suka mengantar ke kampus.
Satu pertanyaanku
pada Diman, apa yang membuat kamu suka padanya? Jawaban Diman adalah karena dia
juga sudah tidak mempunyai ayah. Aku merasa nasibnya sama seperti aku dan aku
berharap kami bisa saling melengkapi. Singkat kata. Si perempuan malah
memutuskannya ketika beres kuliah. Aku tanya alasan putus nya itu karena apa? Dia
marah karena ketika dia butuh aku dan aku tidak bisa. Padahal aku bekerja keras
itu hasilnya ya untuk dia padahal.
Dia minta
uangku, waktuku, dan diriku juga. Itu yang membuat aku agak pusing juga
sebetulnya. Ketika dia berpenampilan yang tidak aku suka, aku belikan pakaian
yang rapi, kerudung pula. Seraya aku berkata “kamu akan lebih cantik kalau pake
ini.” Tapi, yaa begitulah, mungkin agak sulit.
Aku
selalu berusaha untuk merubah yang tidak baik itu menjadi baik. Akhirnya aku
pasrah pada taqdir saja. Hingga pada akhirnya keluarlah kata kata darinya “kita
saling melupakan saja ya.”
“Lalu bagaimana
tanggapanmu ketika dia meminta seperti itu?” tanyaku kembali pada Diman.
“Cukup aku
iya kan saja”
“Tapi,
bukan dalam arti kamu tidak mencintainya kan?” tanyaku kembali karena aku telah
dibawanya larut dalam perasaan pula.
“Cinta yang
seperti apa yang kamu maksud? Segala pengorbananku itu termasuk karena aku
benar-benar mau serius padanya. Tapi, endingnya ternyata pahit pula yang harus
aku terima. Sejak itu, aku menjadi sangat terpuruk dan mungkin benar yang
dikatakan Pak Muji. Hampir saja aku mau minum baygon.
Semua bisnis
yang aku jalani. Aku tinggalkan begitu saja. Aku jadi lebih sering menyendiri dan
menghabiskan waktu untuk tidur, karena aku merasa, untuk apa sih sebenarnya
hidup ini?
Saat ini,
aku seperti baru bangun dari tidur, tepat semenjak hadirnya dirimu. Kamu orang
baik. Maka aku pun harus berbuat baik padamu. Aku akan membantumu, untuk sukses
di bisnis ini. Karena kamu itu sebetulnya pintar dan ada kemauan. Aku aneh juga
kok ada yaa wanita sepertimu malah jadi TKW.
“Aku
hanya ingin melakukan kebaikan di sisa hidupku.” Itu saja.
“Apa kamu
tidak membenci orang orang yang telah menyakitimu?” lanjutku bertanya kembali
padanya.
“Untuk apa?”
Kamu ingat
ceramahnya Kiai H. Abdullah Gimnastiar yang menjelaskan tentang management
qolbu? Kalau kita bisa memanage/mengatur hati kita. Maka kita akan bahagia, tenang, dan succes,
insyaallah.”
***
Jawaban Diman
ini, membuat aku semakin kagum padanya. Berawal dari apa yang aku baca dari pengalamannya.
Aku yakin dia adalah tipe laki-laki yang setia, bertanggung jawab, calon imam
keluarga yang perfect sepertinya.
Hal kedua
yang membuat aku salut padanya. Untuk berbuat baik, bahkan terhadap orang yang
baru dikenal sekalipun, ia tidak banyak mikir kembali. Tujuannya hanyalah fastabikul
khoirot, berlomba-lomba dalam kebaikan.
Hal yang
ketiga adalah setelah aku sering ngobrol dengannya, menyangkut bisnis awalnya. Aku
tidak hanya menjalani satu bisnis saja bersamanya, tapi juga ada bisnis lain. Pengalamannya
yang sudah di berbagai bisnis, membuat aku ingin banyak belajar darinya.
Aku merasa bahwa Diman inilah laki-laki yang tepat
yang sesuai dengan persepsi aku. Dia tidak hanya baik dan serius dalam bekerja.
Tapi, dia juga cerdas. Dia tidak hanya bisa berkata benar terhadap kata-kataku.
Tapi dia juga mampu untuk membenarkan kata-kataku.
Seperti
yang pernah dia katakan padaku. “kamu datang di waktu yang tepat.” Yang padahal
aku tahu apa maksud dari kata perkataannya itu. Kini, aku dapat membalas ungkapannya.
“Seindah takdir yang telah mempertemukan kita.”
Kini,
kamu tidak hanya sebagai partners kerjaku tapi juga “My future husband” karena Diman pula yang menjadi motivasi terbesarku
dan mendukungku untuk bisa menulis.
Dia terlalu
sibuk dengan meeting, manuper, acara seminar, prospek, dan lain-lain. Maka aku
memilih menulis. Alhamdulilah, karya pertamaku
ini beres dalam jangka tiga bulan.
Walau
dengan sibuknya aku bekerja, aku menyempatkan menulis setiap sebelum aku tidur dan
di akhir bulan Desember 2020, hadiah
terbesarku sudah bisa aku persembahkan untuk calon imamku terutama, dan umumnya
untuk setiap orang yang mau membaca.
Semoga
ada manfaat dari cerita nyata hidupku ini bahwa ini serupa “logaritma”. Sulit
dan rumit namun menyenangkan karena kepastiannya nyata. Itulah orang yang baik
dan bijak. Ketika ia mampu menyatukan sebuah logika, rasa, dan aturan agamanya.
Profil
penulis
Mengabdikan diri selama 1 tahun setelahnya. Pada tahun 2016,
takdir membawaku ke Riyadh, Saudi Arabia. Menjadi TKW bukanlah kemauanku. Tapi sebagai
anak tertua, maka aku harus melakukan seauatu. Bahkan aku mampu bertahan 5
tahun lamanya di negara Saudi Arabia.
Hobiku adalah menulis dan public speaking. Beberapa piagam
penghargaan pidato ketika di ponpes dulu menjadi tanda mata terindah. Tapi
pengalaman, merupakan guru terbaik bagiku. Di akhir tahun 2020 aku bergerak di
bidang interpreneur. Kalimat penyemangat dan berbagai motivasi dari mentor aku
sekaligus my future husband mampu membuatku melahirkan karya pertamaku ini.
Alamat email: juminah.business0607@gmail.com no whatsapp:
+966507056994 nama facebook: juminah juhry akun instagram juminahjuhry. Alamat
rumah: Kp. Tarisi RT 006/ RW 003, Desa Paja, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak,
provinsi Banten. Kode Pos 42372.