Kamis, 05 November 2020

WRITING PRENEURSHIP (Menulis buku yang diterima penerbit)


Malam ini, pengalama  kedua saya menjadi moderator dengan narasumber Bapak Joko Irawan Mumpuni. Kuliah ini masih dilaksanakan setiap pukul 19.00 WIB. Narasumber menggunakan voice note untuk meminimalisir peserta untuk copy paste seluruh materi secara utuh. Peserta diminta untuk belajar menulis secara mandiri.


Wah, kreatif sekali ide dari Pak  Joko ini. Jadi teringat masa lalu saat pertama membuat resume, saya menyalin tulisan narasumber secara utuh. Karena masih baru dan belum mengerti benar resume itu apa. 

Lama kelamaan saya memahami bahwa bukan hal tersebut yang diinginkan oleh Omjay. Tetapi, bagaimana kita bisa mengembangkan materi yang disampaikan oleh narasumber tersebut dengan pemahaman kita sendiri. Jadi malu nih pernah jadi plagiat. Itu dulu yah teman-teman, sekarang kita harus merubah kebiasaan buruk tersebut. Lanjut ke materi yu..

Malam ini adalah resume ke 13 di grup belajar menulis Omjay  gelombang ke 16. Jumlah peserta masih sama dengan gelombang sebelumnya yaitu 257 peserta. Pada malam ini saya ikut di kelas belajar menulis, bukan sebagai peserta lagi melainkan tampil sebagai moderator yang  mendampingi narasumber. 

Saya sudah lulus dan menjadi alumni kelas belajar menulis karena berhasil mengikuti kelas belajar menulis gratis ini sebanyak 20 pertemuan lebih. Jika para peserta sudah memiliki resume sebanyak 20 kali pertemuan, peserta boleh mengajukan diri untuk menerbitkan naskah buku. Setelah naskah buku terbit, maka secara otomatis peserta akan mendapatkan bonus sertifikat berilai 40 jam pertemuan. Mantap bukan?

Dua hari ini sangat disibukkan dengan monev bos yang akan dilaksanakan pada hari Jumat, membuat saya harus berlari menyusul dua resume yang telah tertinggal. Malam ini saya fokuskan untuk melunasi hutang tersebut. Sebenarnya saya bukan peserta lagi tapi melatih membuat resume dengan baik adalah slah satu cara terbesar untuk melatih jemari saya saat mengetik keyboard. Semangat sekali membuat resume sampai-sampai ada yang bilang begini “Bu Aam  mau buat buku resume lagi? “ tanya seorang peserta kepada saya. Jujur ya, bisa dikatakan menulis resume sangat membuka pola pikir kita. Ditambah ilmu dari narasumber yang sangat luar biasa, maka sayang sekali kalau moment spesial itu terlewat begitu saja.

Jika kita menjadikan menulis sebagai kebutuhan, maka satu hari tak menulis maka terasa ada yang kurang. Ibarat kata sayur asam kurang garam. Begitulah saya menyikapinya. Terkait mau diterbitkan lagi atau tidak, tergantung takdir tulisannya. Suatu tulisan akan menemukan takdirnya sendiri dengan jalan yang tak disangka. Sama halnya seperti gaji guru honor kecil, namun selalu Allah lebihkan dari jalan yang lain. Misalnya dari jualan pulsa, make up, kuliner, dan lain-lain. Wah, kok jadi ngelantur gini ya kita lanjut lagi.



Pak Joko menjelaskan produk buku yang laku di pasar. Gambar di atas adalah Skema sirip ikan. Dijelaskan bahwa dua Kelompok besar yaitu

1. Buku teks adalah buku yang digunakan untuk proses KBM (BUPEL: Buku Pelajaran) dan buku PERTI (Perguruan Tinggi) misalnya buku eksak dan non eksak.

2.  Buku non teks adalah buku yang tidak selalu digunakan dalam pembelajaran KBM. Buku ini dibagi menjadi buku fiksi (novel, cerpen, puisi, dll) dan buku non fiksi (hobi, Komputer, umum populer, agama, anak, dll).

 

Dalam menulis buku, seorang penulis bisa memilih menulis sendiri atau menulis dengan keroyokan (antologi). Jika kita menulis buku solo maka keuntungan akan menjadi milik sendiri.  Akan tetapi jika kita menulis keroyokan maka honornya tentu akan dibagi jumlah orang yang terlibat dalam buku tersebut. Perlu kerja keras, ketekunan, dan terus berlatih untuk mengusulkan naskah dan lolos seleksi ke penerbit mayor. Salah satunya impian tadi sudah nampak di depan mata. Duet maut dengan Prof. Richardus Eko Indrajit, akhirnya mengantarkan saya tembus ke penerbit mayor.

 

Untuk penulis pemula seperti saya yang baru pertama kali menerbitkan buku di penerbit indie, hal itu menjadi pengalaman yang berharga. Buku solo yang berjudul Parenting 4.0 akan menemani rak-rak toko buku  besar seperti Gramedia, dan sebagainya.

 

Selain buku yang diterbitkan oleh seorang penulis dan beberapa penulis, di PT Andi juga terdapat buku yang diterbitkan dengan menggandeng beberapa lembaga sekaligus. Mengapa? Itu akan memudahkan pasar karena anggota lembaga pasti akan membeli buku tersebut. Sama halnya kerjasama PT Andi dengan grup menulis PGRI. Komunitas grup belajar menulis yang mencpai ribuan bahkan jutaan guru di seluruh Indonesa merupakan lahan terbesar untuk menerbitkan buku yang pastinya akan diburu oleh komunitas guru peserta belajar menulis.

 

Virus Corona telah berdampak pada semua sektor termasuk sektor penerbitan buku. Dengan masuk dan menjadi bagian suporter grup belajar menulis adalah salah satu cara terbaik untuk tetap eksis dalam dunia penerbitan. Banyak penerbit yang mengalami gulung tikar karena tak mampu lagi beroprasi karena kurangnya strategi pemasaran.

 

Kerjasama Penerbit Andi dengan kelas belajar  menulis PGRI telah melahirkan penulis-penulis pemula yang bukan sekedar hisapan jempol semata. Angkatan pertama di Program Ekoji Menulis buku satu minggu, telah melahirkan 9 orang penulis baru. Sedangkann di Program Ekoji September Ceria, telah melahirkan17 penulis baru dan salah satunya adalah saya sendiri.

 

PT Andi juga menerbitkan buku dengan kerjasama dengan beberapa kampus. Jika Anda Dosen maka boleh sekali bekerjasama untuk menerbitkan buku dengan penerbit Andi. Maka logo kampus dan penerbit PT Andi akan bersanding di cover bagian depan. Terbayang sekali nanti di cover buku saya ada lambang PGRI dan Penerbit Andi. Seru sekali.

 

PT Andi juga bekerjasama dengan dewan guru besar UGM yang ditulis 20 orang. Setiap penulis diberikan kewajiban menulis sebanyak satu bab. Sehingga disatukan menjadi satu buku. Ada seorang editor konten yang membagi tugas si penulis. Hal ini akan menarik. Karena akan memacu penulis untuk menyelesaikan naskah dengan target yang telah ditentukan. Naskah akan selesai lebih cepat apabila dilaksanakan secara bersama-sama.

 

Jika mengingat hal ini, mengingatkan saya pada proses penulisan buku antologi. Semua pesera diminta menuliskan 5halaman dengan tenggat waktu yang telah ditentukan. Kendala pengumpulan naskah pasti selalu terjadi. Karena peserta mayoritas adalah penulis pemula. Jadi butuh kesabaran yang ekstra, untuk menunggu naskah buku antologi. Kali ini saya berperan sebagai kurator yang menjadi penanggungjawab atas naskah buku antologi bersama Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd. atau lebih akrab disapa bu Kanjeng.

WRITING PRENEURSHIP (Menulis buku yang diterima penerbit)

Saat jadi seorang penulis, tujuan utamanya adalah bagaimana buku itu bisa diterbitkan. Sekarang kita mulai dari awal, publikasi bagi akademisi itu untuk apa?

1.     1.Orientasi pada provit/ royalti

2.     2.Nirlaba (tidak mencari untung)

3.     3.Branding/ promosi diri

4.     4.Memenuhi regulasi/ akreditasi

 

Mari kita renungkan kalimat berikut ini!

 

·        SAYA TIDAK INGIN MENULIS

·        SAYA TIDAK DAPAT MENULIS

·        SAYA INGIN MENULIS

·        BAGAIMANA CARA MENULIS?

·        SAYA AKAN MENCOBA

·        SAYA DAPAT MENULIS

·        YES, SAYA SUDAH MENERBITKAN BUKU

 

Coba jawablah, Anda ada di tangga kalimat yang mana?

 

Tentunya, kita sudah ada di kelas yang tepat. Grup menulis Omjay ini akan mengantarkan kita menjadi seorang penulis handal yang dapat diperhitungkan. Setiap hari kita sudah melakukan tugas dan kewajiban membuat resume sampai pertemuan ke 14. Dengan 6 pertemuan dan 10 narasumber tambahan maka kelas akan berakhir. 

Hasil akhir dari perjuangan selaa ini, peserta harus bisa menghasilkan buku solo yang produktif. Buku itu bisa berupa kumpulan resume pertemuan 1-20 di kelas Omjay, atau boleh mengirimkan naskah buku yang lain. Tidak hanya itu, peserta juga diminta membuat buku antologi atau buku keroyokan. 

 

EKOSISTEM INDUSTRI BUKU

Setiap penerbit buku manapun pasti akan melirik buku yang memiliki nilai jual untuk bertahan hidup dan untuk menafkahi seluruh karyawan yang ada di dalamnya. Jika buku itu menarik dan memiliki nilai jual pasti penerbit akan melirik buku kita. Jadi kita harus tau buku yang sedang ramai di pasaran dan yang menjadi trending topik dilihat dari google trends atau google cendekia.  

 

Berikut 4 steak holder penerbitan buku yaitu

1.     1.Penerbit

2.     2.Penyalur

3.     3.Pembaca

4.     4.Penulis

 

Faktor penghambat industri penerbitan

1.  Minat baca di Indonesia masih jauh tertinggal dari pada negara lain. Budaya baca, kurangnya minat baca, dan kualitas baca kita harus ditingkatkan.

2.     Minat tulis berhubungan dengan budaya tulis, tidak tahu prosedur menulis yang baik.

3.     Apresiasi hak cipta berhubungan dengan maraknya pembajakan berupa fotokopi dan ebook ilegal yang merugikan penulis.

 

PROSES PENGIRIMAN NASKAH BUKU KE PENERBIT

Jika ingin buku kita terbit, hal  yang dilakukan penulis adalah dengan  mengirimkan naskah ke penerbit untuk di nilai aPak ah buku tersebut layak jual atau tidak. Buku itu akan laku di pasaran atau tidak. Keputusan sepenuhnya dimiliki oleh penerbit. Kalau buku kita lolos seleksi maka penerbit biasanya meminta soft copy secara lengkap dan kemudian membuat perjanjian(MOU). Selanjutnya naskah akan masuk proses editing, setting, masuk percetakan lalu buku siap untuk dijual. Judul naskah penulis biasanya dimodifikasi oleh editor dan sebelum dicetak masiv, penerbit mengirimkan  soft copy untuk diperiksa oleh penulis. Takut ada kekeliruan penulisan. Setelah dikoreksi oleh penulis maka langkah selanjutnya diproduksi sesuai jumlah pemasaran. Penulis akan mendapat 6 eksemplar dengan royalti 10% setiap 6 bulan sekali atau selama satu semester.

 

Apa yang penulis peroleh saat bukunya sudah terbit?

1.     1.Kepuasan/ kebanggan tersendiri

2.    2.  Reputasi

3.    3.  Karir

4.    4.  Uang/ royalti

 

Ciri-ciri penerbit yang baik adalah penerbit yang jujur dalam menyampaikan jumlah produksi dan jumlah royalti yang harus diterima oleh penulis. Carilah penerbit yang bisa dipercaya seperti Penerbit Andi yang keren yang sudah mensuport kegiatan belajar menulis Omjay ini.

 

Sistem penilaian di penerbitan

1.   1.  Editorial bobot 10%

2.   2.  Peluang Potensi bobot  pasar 50%

3.   3. Keilmuan  bobot 30%

4.   4. Reputasi bobot 10%

 

Buatlah buku dengan tema populer, dan penulis yang populer. Untuk penulis pemula buatlah tema populer meskipun penulis tidak populer. Buatlah buku yang tidak usang dimakan waktu seperti buku-buku pelajaran seperti TIK, Matematika, Fisika, atau yang lainnya. Jumlah cetakan (OPLAH) untuk buku tersebut akan dicetak lebih banyak. Karena sangat dibutuhkan oleh setiap sekolah sebagai media pembelajaran (market sempit dan lifecycle panjang). Jika penulis sudah meninggal maka royalti buku akan diwariskan ke anak cucu kita. Wah, mantap sekali bukan?

 

GAYA SELINGKUNG

Gaya selingkung adalah gaya pengutipan dan penulisan daftar pustaka yang harus diterapkan secara konsisten untuk setiap terbitan. Penerbit mengharapkan seorang penulis yang idealis (penulis yang tidak butuh uang) dan penulis industrialis (penulis yang berloyalti besar tapi tidak mengabaikan mutu dan tetap menjadi produktif). Buku yang  tidak digunakan secara pasti disebut buku populer. Sedangkan buku yang digunakan secara pasti disebut buku teks atau buku ajar. Buku elektronik atau ebook akan menggantikan buku fisik. Bahkan nanti akan ada animasi, video, bahkan buku 3 dimensi.

 

Di akhir materi Pak  Joko memberilkan sebuah kutipan dari Imam Ghazali“ BILA KAU BUKAN ANAK RAJA DAN JUGA BUKAN ANAK ULAMA MAKA MENULISLAH SUPAYA HIDUP LEBIH MULIA UNTUK SESAMA”.


Lanjut kalimat di gambar kedua, “KATAKAN PADA DILAN, YANG BERAT ITU BUKAN RASA RINDU, TAPI MENULIS BUKU. BIARLAH AKU SAJA YANG MENANGGUNGNYA”.

 

KESIMPULAN

  • Buatlah buku yang memiliki nilai jual
  • Coba kirimkan naskah buku ke penerbit
  • Level materi dan lebar pasar harus diperhatikan
  • Penulis harus mengikuti aturan penerbit dengan gaya selingkung
  • Jadilah penulis idealis dan industrialis
  • Teruslah menulis jangan menyerah sampai buku kita terbit

 Salam blogger inspiratif

Aam Nurhasanah, S.Pd.


#Day2NovAISEIWritingChallange

14 komentar:

  1. tulisan buu Aam memang terlihat apik, pengalaman ketik plek plek dari penulis itu nyindir saya hahah

    BalasHapus
  2. Hmmm,...saya sering bingung mau nulis apa di blog ini, bagus ...

    BalasHapus
  3. Resume yang lengkap, Bu. Tinggal perbaikan sedikit pada beberapa salah ketik. Saya yakin Bu Aam bisa menemukannya sendiri ketika membaca kembali dengan cermat. Akan lebih mantap sebenarnya kalau pergantian paragraf diperhalus. Bisa juga menyandarkan dragging dengan memberikan subjudul. Menurut saya, lo, ini. He he. Tabik. ��

    BalasHapus
  4. Resume yang lengkap, Bu. Tinggal perbaikan sedikit pada beberapa salah ketik. Saya yakin Bu Aam bisa menemukannya sendiri ketika membaca kembali dengan cermat. Akan lebih mantap sebenarnya kalau pergantian paragraf diperhalus. Bisa juga menyandarkan dragging dengan memberikan subjudul. Menurut saya, lo, ini. He he. Tabik. ��

    BalasHapus
  5. Selalu menginspirasi dan konsisten yang namanya Ibu Aam ini
    Trimakasih banyak Ibu Aam

    BalasHapus
  6. Berasa ngak ada apa apanya, setelah baca resume Bu Aam. Baguuusss...oh, begini ternyata.

    BalasHapus

Challenge Resensi Buku “ Kisah Serdadu-serdadu Kecil”

  Sumber: www.wijayalabs.com Resensi Buku “ Kisah Serdadu-serdadu Kecil” Hai sobat Lage, hari ini saya mendapat kejutan buku karena suda...