Minggu, 01 Januari 2023

Temu Penulis KBMN

Acara Temu Kangen Penulis Kelas Belajar Menulis Nusantara atau disingkat KBMN yang dilaksanakan pada tanggal 25-27 Desember 2022 telah sukses mengajak para peserta dari berbagai pelosok tanah air untuk berkumpul di Gedung Guru Indonesia, Jakarta.

Dokpri Temu Penulis KBMN

Kegiatan ini adalah bukti dari Kelas Belajar Menulis(KBM) yang dibuat oleh Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd. saat pandemi merebak di Indonesia sejak awal Maret 2020. Saat itu pembelajaran di sekolah menjadi daring dan serba online. Jadi, untuk mengisi kegiatan yang bermanfaat, bergabunglah saya di kelas Omjay.

Tak terasa, KBMN telah mencapai 27 gelombang dan melahirkan penulis generasi baru yang mumpuni. Berbagai bekal dan pengalaman yang diberikan para narasumber membuat para peserta sangat antusias untuk mengikuti kegiatan ini sebagai bentuk melepas kerinduan dengan bertemu secara nyata dan bukan secara virtual.

Ada banyak kisah yang ingin saya bagikan kepada para pembaca tercinta saat mengikuti acara kopi darat kali ini. Awalnya saya sudah janjian pulang pergi bersama Ustazah Pipit ke acara tersebut. Namun, Ustazah Pipit memberi kabar ada acara rapat dinas dan tidak dapat diwakilkan. Tentu saja, sebagai mantan Kepala Sekolah, laporan dinas itu lebih penting dari acara lainnya. Jadi, kita harus mengutamakan kepentingan sekolah daripada kepentingan pribadi.

Mulailah saya mencari solusi lain untuk masalah keberangkatan ini. Kebetulan ada salah satu teman yang menjadi panitia, Ustazah Mutmainah namanya. Saya mengabari bahwa gagal berangkat dengan Ustazah Pipit karena beliau ada rapat dinas Rekon BOS. Ustazah Mutmainah kemudian memberi tahu bahwa ia akan naik kereta dan akan berangkat pada hari Minggu, tanggal 25 Desember 2022.Tepat pukul 13.00 WIB, kami berangkat.

Dokpri Perjalanan naik kereta


Ustazah Mutmainah dan Ustazah Nurhasanah tidak membawa anak, sedangkan saya membawa dua anak. Sebagai anak pertama, tahun ini usia Adelia Zhafira yaitu 7 tahun dan adiknya Aulia Septiani Salim masih berusia 3 bulan. Kami berangkat dari rumah menggunakan angkutan umum(angkot) jurusan Rangkasbitung Kota Lebak menuju Stasiun Rangkasbitung.

Tak terasa selama satu jam perjalanan, tibalah kami di terminal Pasar Rangkasbitung dan membayar ongkos Rp25.000 rupiah. Saya menggendong dedek bayi, tas dede bayi dibawakan Ustazah Nur, sedangkan Adel membawa satu tas gendong hitam yang berisi pakaiannya sendiri. Ustazah Mutmainah tampil paling depan mengantre isi tiket kereta api. Tarif dari Stasiun Rangkas-Tanahabang sekitar Rp8.000 rupiah.Terbayang saat sampai stasiun, jika sendiri sepertinya repot dengan barang bawaan. Tetapi karena ada teman, perjalanan terasa ringan dan menyenangkan.

Perjalanan naik kereta membawa bayi berusia 3 bulan adalah pengalaman pertama bagi saya. Meskipun awalnya tidak diberi izin oleh suami, namun karena kegigihan dan niat bertemu ini sudah saya sampaikan sejak sebulan yang lalu, akhirnya izin berangkat pun diberikan.

Di dalam kereta, dede bayi menangis karena haus. Saya harus menyusui dede bayi, meskipun baris koridor depan semuanya laki-laki. Ustazah Nur pun lagi-lagi membantu menggendong sebentar selagi saya membuka resleting depan untuk menyusui. Setelah kenyang, dede bayi pun tidur dengan nyenyak. Setelah itu kami sedikit berfoto untuk mengabadikan momen tersebut.

Setelah menempuh 3 jam perjalanan dalam kereta, kami tiba di Stasiun Tanahabang sekitar pukul 17.00 WIB. Kami dijemput Bu Nur Dwi Yanti di depan stasiun. Kami saling berpelukan dan kembali berfoto untuk melepas kerinduan. Tak lama kemudian, kami naik Grab menuju Gedung Guru Indonesia. Saat sampai di Gedung Guru Indonesia, ada seorang perempuan yang menghampiri.

"Bu Aaaaaaaammmm, coba tebak aku siapa???"

"Bu Widya yah?"

"Wah, bukan. Ini Rally, ucapnya."

Karena mukanya bulat, sampai salah tebak. Kami langsung berpelukan untuk melepas rindu. Selain ada Bu Rally, ada juga Bu Helwiyah atau akrab disapa Bu Ewi. Pertama bertemu saat hamil dede bayi berusia 6 bulan, pas Ramadan kemarin. Jadi, ini kali kedua saya berjumpa dengan Bu Ewi. Rasanya bahagia sekali bisa melepas rindu dengan Bu Ewi.

Selain Bu Rally dan Bu Ewi, ada Bu Lely Suryani dan juga penulis lainnya. Usai berfoto di depan pintu masuk Gedung Guru Indonesia, kami naik lift menuju lantai 5 dan beristirahat sejenak di kamar Ustazah Mutmainah karena dede bayi minta ganti popok.Di sana saya bertemu dengan Bu Maesa Edu dan sempat berpelukan.

Fotbar Bu E.Hasanah


Setelah mengganti popok, ada tamu dan ternyata itu Bu E.Hasanah. Seorang pengawas berprestasi asal Sukabumi dan salah satu narasumber juga di KBMN. Beliau karena suka puisi, jadi materi pun terkait menulis puisi. Beliau juga bercerita bahwa suaminya orang Bayah dan satu Provinsi Banten. Kebetulan, kakeknya dede bayi juga orang Cisaat Sukabumi. Namun, Bu Hasanah di Pasirkuda Sukabumi. Kami pun berfoto bersama untuk kenang-kenangan.

Bunda Kanjeng Inspirasiku


Selang 5 menit, ada ketukan pintu lagi. Ada sosok wanita yang ditutupi anduk, ternyata Bunda Kanjeng. Saya langsung menghampiri bunda sampai nangis karena terharu bisa berjumpa. Awalnya saya pikir bunda marah karena sedikit melarang mengikuti acara ini. Yah, karena dede bayi masih kecil dan bawa 2 orang anak. Namun, tekad saya sangat kuat sampai tiba di sini. Kami saling berpelukan untuk melepas rindu satu sama lain.

Tak lama kemudian, kami beranjak ke mushola di lantai 2 untuk salat magrib. Pak Dail baru tiba jadi imamnya dan setelah itu Bu Ewi langsung menyarankan kuliah tujuh menit(kultum). Pak Dail pun melaksanakan kultum dengan membahas tentang silaturahmi itu penting dan sekalian sharing dengan peserta lainnya. Termasuk Pak Usman, kepsek daerah 3T yang sukses dengan tesisnya karena punya beberapa karya buku.

Dokpri

Setelah melaksanakan ibadah salat magrib, saya pamit duluan karena dede bayi haus dan ingin tidur. Setelah menyusui, perut pun keroncongn. Saat turun ke lantai 1 dari lantai 5, ternyata hujan deras. Saya kembali ke atas dan mengabari teman lain kalau hujannya deras dan menunggu hujan reda. Tak lama hujan reda, kami ke bawah lagi dan mencari makanan di depan Gedung Guru. Ada penjual nasi goreng dan penjual nasi kucing. Akhirnya terpilihlah nasi kucing sebagai makan malam kami.

Saya sempat heran, kok namanya nasi kucing? Ternyata maksudnya adalah porsi nasinya cuma sedikit. Makanya dinamakan nasi kucing. Selain nasi kucing, ada juga lauknya sate usus, sate telur puyuh, sate ati ampela, yang harganya sama yaitu Rp5.000 rupiah. Sedangkn gorengan ada tempe dan tahu, harganya Rp3.000 rupiah. Ada juga susu jahe satu gelasnya Rp10.000 rupiah dan teh manis segelas Rp5.000 rupiah. Cukup murah dan irit dikantong, tapi kalau nambah eh kantong bisa jebol.

Usai mengisi amunisi nasi kucing, saya dan Ustazah Nur, pindah ke Hotel Tugu Asri karena di wisma kamarnya penuh. Jadi, saya, Ustazah Nur, Pak Revo, pindah ke hotel sebelah untuk beristirahat. Setelah Pak Dail mengantar kami, ia langsung ke gedung lagi untuk pemantapan acara esok hari.

Setelah mendapat kamar, saya langsung ke kamar mandi karena badan penuh dengan keringat. Setelah mandi, rasanya sangat segar dan badan agak enakan. Eh Adel dan Ustazah Nur ikutan deh karena sama keringatan. Akhirnya kami sekamar mandi malam deh.

Oh iya, di hotel ternyata tidak bisa pesan makanan, Adel dan Ustazah Nur diantar Om Riki ajudan Pak Dail beli cemilan ke Alfamart. Sebelumnya Pak Dail dijemput dulu di gedung guru, baru deh belanja. Lucunya ada bule dan Adel disangkanya anak Pak Dail dan Ustazah Nur. Wah, sampe ngakak saya dengar cerita dari Pak Dail.

Pak Dail, Tazah Nur, Kak Adel, dan Om Bule

Kak Adel senang sekali borong camilan. Ada beberapa minuman dan makanan ringan yang siap diterjang. Ada juga oleh-oleh lepet dan roti buaya yang dibawa Pak Dail dari Gedung Guru. Tepat pukul 12 malam Pak Dail pamit untuk istirahat, sedangkan saya belum bisa tidur sampai pagi pun tiba. Kaki dan tangan mulai kesemutan. Efek gendong dede bayi atau mungkin efek pasca lahiran sesar. Jam 7 baru di jemput Om Riki karena Pak Dail sudah berangkat duluan sekitar satu jam yang lalu.

Peserta termuda, bayi 3 bulan


Tiba di Gedung Guru, disambut oleh Omjay. Saya langsung salam dan memasuki ruang pendaftaran. Di sana kami diberi kartu tanda peserta dan makanan ringan berupa sebuah roti buatan Ibu Beti dan sebotol air putih. Saya dan Ustazah Nur, berfoto sejenak untuk kenang-kenangan.

Senin, 26 Desember 2022 tepatnya Pukul 08.00 WIB acara dimulai juga. Kegiatan ini dilaksanakan dengan mode daring melalui zoom dan luring tatap muka di Gedung Guru Indonesia. Banyak penulis hebat di sana yang telah berhasil menerbitkan buku solo maupun buku antologi.

Saya duduk di bangku ke dua, baris kedua dari belakang. Di sebelah kiri saya ada Cak Mukminin dari Lamongan yang dulu pernah satu kelas alumni BM8. Ada juga Pak Budi Idris, alumni BM16. Ustazah Mutmainah menghampiri dan memberikan buah tangan dari Bunda Kanjeng. Isinya ada wedang jahe, wijen, dan kue rasa jahe. Makaci yah bunda.

Tak lama setelah Ustazah Mut berlalu, ada Bu Widya menyapa saya dan memberikan kado buat dede bayi. Kami lalu berfoto bersama sebelum Bu Widya kembali bertugas sebagai panitia.

Video lengkap Temu Kangen Penulis KBMN


Acara dimulai dengan meriah dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars PGRI. Bu Widya sebagai Bu Drijen sangat tampil sangat memukau. Selanjutnya sambutan Omjay dan doorprize di kegiatan awal berupa hadiah buku. Selanjutnya pembukaan dan pengarahan Kebijakan Kompetensi Literasi oleh Prof. Dr. Unifah Rosyidi yang diwakili oleh Bapak Catur Nurrochman Oktavian M.Pd.

Acara selanjutnya, Omjay memanggil semua Tim Omjay, yang selalu membantu KBMN sampai 27 gelombang. Bangga rasanya, lami diberikan kesempatan untuk maju dan memperkenalkan diri secara singkat. Saat kami ke depan, dikejauhan saya melihat Cang Suharto datang memasuki ruangan. Saya melambaikan tangan sebagai teman satu kelas alumni BM 8. Saya memberikan testimoni Tim Omjay, setelah testimoni dari Bunda Kanjeng dan Bu Beti.Kemudian dilanjutkan dengan topik Implementasi Kompetensi Literasi oleh Prof. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd. Usai sambutan dari Prof. Nunuk, Bu Widya mengajak para peserta menari Pakumere.

Pada acara Temu Penulis KBMN ini membahas beberapa topik :

1. Menulis di Majalah Suara Guru, pemateri bapak Catur Nurrochman Oktavian M.Pd.
2. Menulis di Blog yang Konsisten, pemateri bapak Dedi Dwitagama, M.M., M.Si.
3.Menulis Buku Secara Runtut dan Sistematis, pemateri ibu Dr. Mudafiatun Isriyah, M.Pd.
4.Menulis Setiap Hari, pemateri bapak Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd.

Setelah pemateri pertama selesai, dilanjutkan dengan penampilan buku para peserta dan bazar buku. Sebelum isoma, saya menyempatkan diri untuk foto bersama Omjay, Pak Dedi, Mayor Nani, Mr. Dail, Mr.Urip, Kak Sakti, Bu Husnul Khotimah, Cak Mukminin, Cang Ato, dan para penulis lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Simak videonya di sini.



Fotbar Omjay dan Pak Dedi

Usai berfoto, kemudian peserta diberi nasi padang untuk makan siang. Kami melahapnya dengan senang untuk mengatasi perut yang keroncongan.


Memasuki sesi 2 jam 1 siang, tiba materi Bapak Dedi. Beliau menuturkan bagaimana konsisten menulis di blog dengan mendokumentasikan melalui tulisan. Karena gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan karya. Jika kita punya karya kita akan dikenang oleh dunia. Rajinlah membuat jejak maya di internet sebagai tanda kita ada di dunia.

Sayang, saat Bapak Dedi memberikan tantangan menulis di blog, dede bayi sudah mulai rewel dan seperti minta pulang. Takut mengganggu acara, saya akhirnya memutuskan izin pulang duluan. Om Riki yang baik mengantarkan sampai Stasiun Tanahabang. Saat perjalanan pulang, saya melihat doorprize printer didapatkan oleh Cak Mukminin dan Bu Nur Dwi Yanti. Saya memberikan ucapan selamat buat para pemenang melalui japri WA.

Dede bayi alhamdulillah sudah tidak rewel dan tiba di Stasiun Rangkasbitung sekitar pukul 5 sore. Karena hujan, kami tidak bisa pulang menunggu hujan reda sekitar pukul 8 malam. Suami Ustazah Nur akhirnya datang dan kami bersiap pulang ke kampung halaman dan tiba di rumah pukul 9 malam.

Sebagai salah satu peserta kopdar, acara kali ini sangat berkesan. Banyak amunisi yang di dapat sebagai bahan tulisan. Banyak energi positif dilihat dari berbagai sudut pandang. Bagaimana kita mau berproses dan berjuang melawan lupa dengan menulis di blog. Bagaimana cara kita bertahan melewati setiap ujian yang diberikan tuhan.

Kita bisa belajar pada Omjay, yang selalu ikhlas berbagi ilmu secara gratis. Kita bisa belajar pada Cang Ato yang selalu menulis meskipun sedang sakit GBS. Kita belajar pada Mayor Nani, meskipun punya tugas negara, selalu berkarya dan berliterasi. Terima kasih mayorku atas cindera mata pin PGRI. Sangat berkesan sekali. Kita bisa belajar pada para ULAMA(Usia LAnjut Masih Aktif) seperti Bu Maria yang berusia 80 tahun tapi semangat menulisnya masih membara. Beliau adalah salah satu translator bahasa asing yang masih produktif sampai sekarang. Kita bisa belajar dari Pak Catur bagaimana sebuah kesalahan penulisan bisa membuat salah pengertian. Kita bisa belajar pada Pak Dedi bahwa buatlah jejak literasi di medsos agar kita bisa dikenal dunia.

Sebagai penutup, Anak bukanlah sebuah penghalang untuk menghadiri sebuah acara temu kangen tersebut malah saya menganggap bahwa anak adalah sebuah kekuatan untuk melawan segala rintangan yang menghadang. Alhamdulillah saya bisa hadir dan pulang dengan selamat. Semoga anak-anak mendapat rahmat karena ikut mamahnya belajar sebagai bekal di akhirat.

Kisah ini belum tamat, namun mata sudah lima watt. Semoga yang belum bisa datang dan kopi darat akan berjumpa di lain waktu ya.

Salam blogger inspiratif
Aam Nurhasanah, S.Pd.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Challenge Resensi Buku “ Kisah Serdadu-serdadu Kecil”

  Sumber: www.wijayalabs.com Resensi Buku “ Kisah Serdadu-serdadu Kecil” Hai sobat Lage, hari ini saya mendapat kejutan buku karena suda...