Sabtu, 09 Januari 2021
AWAS VIRUS CORONA MENGINTAI ANDA
Minggu, 03 Januari 2021
Wisata Religi Cirebon-Panjalu Ciamis-Pamijahan Tasikmalaya
Berani Menulis dalam 20 hari
Buku ini saya dapatkan dengan cara barter. Saya mengirimkan buku terlebih dahulu, dan Pak D membalasnya juga. Baru hari ini buku Pak D mendarat di pangkuan dengan selamat.
Menurut Pak D, menjadi penulis itu tidak mudah. Hal itu membutuhkan kemauan dan keterampilan. Kemauan diperoleh dari motivasi diri sendiri maupun dari para pakar. Sedangkan keterampilan menulis didapatkan dari penerapan ilmu yang diperoleh saat dipraktikan secara mandiri(otodidak).
Membaca buku hasil resume Pak D, menambah pengetahuan baru terkait dunia tulis menulis buku. Daftar isi tidak ditulis per Bab. Namun ditulis semi populer.
Buku ini berisi pengalaman Pak D saat mengikuti kuliah online via WAG kelas belajar menulis. Jumlah halaman di buku ini mencapai 158 halaman. Sangat seru membaca gaya penulisan Pak D. Sangat berbobot dan sangat bagus untuk dijadikan panduan bagi penulis pemula.
Aura semangat sangat terlihat di cover buku, dengan gambar tangan yang memegang erat pena. Foto Pak D yang memakai kemeja cokelat dan baground cokelat turut mempermanis tampilan buku ini.
Ayo dapatkan bukunya. Anda akan mengetahui jurus-jurus menulis dari semua narasumber hebat yang turut menyemangati semua peserta untuk bisa melahirkan buku solo perdana.
Semoga para peserta kelas menulis gelombang 16, dan peserta baru gelombang 17, bisa melewati 20 pertemuan tanpa absen, dan segera menerbitkan buku solo.
Jika buku solo terasa sulit, mulailah dari buku antologi atau buku yang ditulis secara bersama-sama. Ukirlah karyamu hari ini agar kau dikenang esok hari.
Salam blogger inspiratif.
Aam Nurhasanah, S.Pd.
SMPS MATHLA UL HIDAYAH CIPANAS
#Day3JanAISEIWritingChallange
Rabu, 23 Desember 2020
Selamat Hari Ibu 22 Desember
Ibu adalah sosok wanita hebat yang telah memperjuangkan pendidikanku. Walau ada yang bilang, saya seorang sarjana bala-bala(bakwan/gorengan), saya tak malu dan merasa bangga. Ibu mampu membayar kuliah saya, meskipun hanya dengan jualan gorengan keliling.
Ma Uung, itulah nama viral di kampung saya. Siapa yang tak kenal Ma Uung, ibu hebat yang berjualan gorengan keliling selama hampir 20 tahun lebih. Jadi tetangga kampung, semua mengenalnya.
Satu tahun sebelum ibu meninggal, memang ibu sering kontrol dan berobat ke RSUD Adjidharmo Rangkasbitung. Ibu menderita penyakit diabetes. Gula ibu pas di cek dulu sampai 450 dan sempat rawat inap di RS. Oleh karena itu, ibu sering kontrol dan wajib suntik insulin setiap hari.
Suntikan insulin yang ibu dapatkan saat itu ada 2 jenis. Warna kuning untuk pagi,siang,sore. Warna hijau untuk malam hari. Keduanya disuntikkan sebanyak 8cc. Saya dan kakak, silih berganti mendapatkan jatah untuk menyuntik insulin ibu.
Tanggal 15 Februari 2020, ibu meninggalkan kami semua. Saya sangat merasa kehilangan. Saya menyesal belum bisa membahagiakan ibu.
Begitu besar jasa ibu untuk mengandung, mendidik, merawat, membesarkan, dan membiayai pendidikanku. Semoga ibu mendapat surga terindah di sana. Alfatihah..
#Day22DecAISEIWritingChallange
Minggu, 13 Desember 2020
What goes around, comes around
Rabu, 02 Desember 2020
BEDAH BUKU BERSAMA HOST KECE YPTD
Selasa, 01 Desember 2020 pukul 19.30 WIB diadakan Webinar Bedah Buku Ke 3 Spesial Hari Guru Nasional 2020. Malam ini saya diberi amanat sebagai host untuk membuka dan menutup acara Bedak Buku Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD).
YPTD didirikan oleh Pak Haji Thamrin Dahlan yang telah menjadi purna polisi dan mendirikan penerbitan buku yang gratis. Banyak sekali guru yang berhasil menerbitkan bukunya di YPTD.
Berikut susuan acaranya
Host membuka acara
Menyanyikan lagu Indonesia Raya
Kata sambutan dari Ketua YPTD
Penulis :
📚 Penulis 1 *Ropiyadi, S.Pd*
Judul Buku : _"Mengejar Bayang-bayang Sejati & Mencerdaskan Putra Bangsa di Tengah Badai Pandemi"_
📚 Penulis 2 *Noralia Purwa Yunita, M.Pd*
Judul Buku : _"Kiat Praltis Menulis Modul Berbasis Riset & Jurus Jitu Menulis dan Berprestasi"_
📚 Penulis 3 *Ign Joko Dwiatmoko*
Judul Buku : _"Bukan Sekedar Menulis"_
🎙 Host : *Aam Nurhasanah*
Bersama :
🎙Moderator : *H. Thamrin Dahlan, M.Si*
Bertugas memimpinn jalannya diskusi.
🎙️Pembicara 1 : *Wijaya Kusuma, S.Pd., M.Pd (Om Jay)* mengapresiasi 3 penulis buku yang sudah berhasil menerbitkan buku di YPTD. Omjay juga menampilkan buku terbaru "Agar PJJ Tak Membosankan" yang diterbitkan di YPTD.
🎙️Pembicara 2 : *Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd* Selalu memotivasi peserta untuk terus semangat menulis yang dimulai dengan buku antologi. Beliau adalah spesialis buku keroyokan dan sudah banyak mengajak kurator untuk menggarap buku antologi. Tantangan kurator pun saya lalui dengan api semangat yang mebara.
👇Link Youtube👇
https://www.youtube.com/channel/UCg0MzMvevQCRQ9qAyb8QxxQ
👇Link Zoom 👇
Meeting ID: *876 9750 7872*
Passcode: *YPTDMANTAP*
Fasilitas :
- Ilmu Yang Bermanfaat
- Doorprize Buku
- E-Sertifikat
- Relasi
Jangan lupa *Subscribe, Like and Share Channel YPTD*
www.terbitkanbukugratis.id🔥🔥
Antusias peserta sangat besar sampai 95 peserta. Langkah selajutnya sesi tanyajawab dan dipilih 7 penanya yang beruntung. Adapun orangnya adalah Bu Sakti, Pak Rosyid Karimun, Bu Siti Aisyah, Bu Rafika, Bu Tini, Bu Heni Purwaningsih, dan terakhir ibu Noor Hamzah.
Tepat pukul 21.30 WIB, saya izin pamit dan berterima kasih karena sudah diundang menjadi host dan memeriahkan acaranya. Tidak lupa diadakan sesi foto bersama di akhir kegiatan. Malam ini sangat luarr biasa.
#Day27NovAISEIWritingChallange
Selasa, 01 Desember 2020
AISEI #OneDes
Selasa, 1 Desember pukul 18.30 WIB, telah dibuka link zoom Webinar AISEI. Saya menyempatkan masuk ke zoom, untuk menyapa dr.Capri dan Mas Ega seorang founder nulisbuku.com
Saat saya mendengar kata nulisbuku.com saya teringat seorang teman yang akrab saya panggil dengan sebutan "Besan." Nama aslinya adalah Bapak Sudomo, S.Pt. Seorang peserta kelas belajar menulis gelombang 16 yang memadukan resume dalam bentuk fiksi.
Saya memanggil beliau besan, karena candaan saja. Pak Momo selalu membuat tokoh Opin, dalam cerita fiksinya. Ternyata tokoh Opin adalah anak kandungnya yang masih berumur 4 tahun. Beda satu tahun dengan Adel, nama anak saya. Sejak saat itulah kami berdua memanggil sebutan besan. Hihihi.
Saya mengirimkan flyer AISEI malam ini. Ada undangam zoom dan foto Mas Ega. Benar dugaan saya, Besan kenal dengan narsum AISEI malam tadi. Saya menyapa Mas Ega, Mba Dea, dan dr. Capri lalu meneruskan salam dari Besan kepada Mas Ega.
Besan menitipkan salam, katanya masih ingat tidak dengan Momo Lombok??? Jawaban Mas Ega adalah teman baik tidak akan mungkin terlupakan. Sangat dahsyat sekali jawaban dari Mas Ega. Sangat senang bisa menyapa meskipun hanya 5 menit saja.
Saat saya memberikan ajakan untuk bergabung, ternyata ibu mertua Besan sedang sakit. Jadi Besan tidak bisa ikut zoom meeting di AISEI kali ini. Semoga ibu mertua besan lekas sembuh dan cepat diangkat segala penyakitnya. Aminn.
#Day26NovAISEIWritingChallange
ASAL USUL BRANDING PAK D SUSANTO
Minggu, 22 November 2020
JEPRIS BERANAK
Jepris beranak, begitulah saya menyebutnya. Jepris adalah istilah keren pemantik api di kampung Saya, tepatnya di Kampung Gajrug. Jepris ini milik seorang tetangga, Dobleng namanya. Seperti biasa, dia selalu mengisi pulsa ke toko saya. Sedikit lucu kisah si jepris ini. Saya pun mulai kepo dan mencari tahu asal usulnya.
Alkisah, Dobleng adalah seorang perokok. Usut punya usut, setiap dia membeli jepris, selalu hilang atau ketinggalan. Dia akhirnya mencari cara untuk menempelkan jepris yang dibelinya dengan di lem besi (power glue). Ada 7 buah jepris yang dia tempel dan ke tujuhnya ada isinya dan menyala jika pemantiknya di tekan.
Si Dobleng bercerita, sejak jeprisnya ditempel begini, akhirnya jeprisnya awet dan tak pernah hilang apalagi raib diambil teman. Cara ini katanya efektif bisa kuat berbulan-bulan. Jika isi jeprisnya sudah habis, si Dableng kembali menempel jeprisnya, sampai keluarlah istilah jepris beranak.
Dari Cerita jepris ini, hal positif yang dapat saya ambil adalah kreativitas si Dobleng patut diacungi jempol. Dia telah menemukan solusi akan jeprisnya yang selalu hilang diambil orang.
Nah, begitu pun sama halnya dengan menulis. Pada dasarnya, semua orang memiliki kemampuan dan keterampilan dalam hal menulis. Namun karena kurangnya kemauan dan berbagai kesibukan, selalu dijadikan hambatan.
Jangan jadikan tulisanmu adalah sebuah beban. Tapi, jadikan tulisan sebagai kebutuhan. Tulislah apa yang kamu sukai dan yang kamu kuasai. Percayalah, kamu akan menemukan solusi dan gaya passion tulisanmu sendiri. Semoga bermanfaat ya.
Salam blogger inspiratif
Aam Nurhasanah, S.Pd.
#Day20NovAISEIWritingChallange
LAUNCHING LAGERUNAL
Minggu, 15 November 2020
TWO THUMBS UP FOR YOU
Beliau selalu jeli dalam melihat ejaan yang kurang sesuai. Buktinya, tulisan saya mendapatkan beberapa tulisan yang telah di blok merah atau telah direvisi. Beliau bercerita kepada saya bahwa penggunaan ejaan dan kalimat Pak Guru dan Bu Guru yang teliti, membuatnya semakin teliti juga saat membuat sebuah tulisan yang enak dan gurih untuk dibaca. Berkat binaan Bu Kanjeng, Pak Susanto semakin jeli dalam mengamati tulisan.
Tulislah apa yang kamu lihat dan kamu alami bisa, bisa menjadi sebuah kalimat sakti yang memudahkan kita melewati setiap tantangan menulis. Akhirnya ketelitian ejaan dan kalimat Pak Susanto mengantarkan cerita saya ditantangan AISEI hari ini. Semoga teman-teman tetap semangat, tetap menjaga konsistensi dalam menulis setiap hari, dan semoga tulisan sederhana ini dapat menginspirasi. Amin.
Salam blogger inspiratif
Aam Nurhasanah, S.Pd.
#11NovAISEIWritingChallange.
Selasa, 10 November 2020
SELAMAT HARI PAHLAWAN
Hari ini kegiatan padat sekali. Saya harus mengikuti 3 kegiatan sekaligus. Dari pagi sampai siang, harus ke Pondok. Pulang dari pondok harus mengikuti sosialisasi kejaksaan terkait UU Bupati Lebak no 28 tentang AKB pencegahan Virus Corona.
Sambil mengikuti sosialisasi, saya sempatkan menghadiri Webinar PJJ DARING DAN LURING dengan narasumber Prof. Ekoji dan narasumber yang lain. Selain itu di akhir acara juga diumumkan juara lomba blog nasional dalam memperingati hari sumpah pemuda.
Pengumuman lomba blog ini diumumkan tanggal 10 November, pukul 14.00 seraya bersamaan dengan hari Pahlawan Nasional. Ada 10 besar yang diumumkan, dan hanya 3 orang yang terpilih mendapat juara 1,2, dan 3. Hadiahnya berupa uang, hp, dan printer baru.
Bagi saya, soal kalah itu hal yang biasa yang penting sudah berpartisipasi dengan mencobanya. Dengan mengikuti lomba setidaknya kita punya pengalaman berharga yang tak ternilai harganya. Bagi saya, semua peserta sudah menjadi juaranya. Hal ini makin meningkatkan semangat untuk terus berkarya.
Buku saya kini sedang dalam proses cetakan ketiga. Walaupun kali ini belum beruntung menjadi juara blog, tapi saya beruntung memiliki teman-teman yang berharga dan selalu mendukung karir baru saya.
SELAMAT HARI PAHLAWAN!
Salam blogger Inspiratif
Aam Nurhasanah, S.Pd.
#Day07NovAISEIWritingChallange
Sabtu, 07 November 2020
CERPEN ESTAFET KAB
CERPEN ESTAFET
Satu minggu ini saya baru bergabung dengan Komunitas Aksara Bermakna disingkat KAB. Komunitas ini sangat wellcome sekali. Setiap hari peserta ditantang membuat karya sendiri.
Komunitas ini dibuat oleh Bunda Usrotun Hasanah. Beliau seorang editor handal dan sangat ahli dalam membenarkan kata atau kalimat yang salah. Jadi selain kita membuat karya, kita juga diajarkan tata kalimat yang baik dan benar. Asyik sekali bukan?
Hari Sabtu adalah hari dimana peserta diminta berkonstribusi untuk membuat cerpen estafet(bergantian). Setiap peserta diminta mengisi list agar mengetahui urutan masing-masing. Saya ada diurutan k 9.
Kak Usrotun Hasanah mengawali kutipan cerpennya. Cerpen ini dimulai dari jam 15.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB. Inilah hasil dari Cerpen Estafet yang kami praktikkan bersama.
SECANGKIR KISAH
Oleh: Komunitas Aksara Bermakna (KAB)
Angin malam menyelimuti tidurku, dengan alunan daun-daun yang menari bersama hangatnya cahaya kesunyian. Malam ini tidak seperti biasanya, aku melamun menatap sesosok bidadariku yang tergambar bersama kenangan-kenangan lalu. Betapa bodohnya diriku. Oh, Tuhan, mengapa ini harus terjadi? Isak tangisku tak kunjung henti bersama rasa sesal dalam hati.
Tok … tok ... tok ….
Terdengar suara di balik pintu kamarku. Aku tahu, seseorang yang mengetuk pintu kamarku tak lain adalah ayahku.
“Ra, kamu sudah tidur?” tanya ayah dengan sangat lembut.
Aku bergegas menarik selimutku sebelum ayah masuk ke kamarku. Aku tidak ingin ayah tahu kalau aku sedang menangis.
“Ternyata anak ayah sudah tidur, ya.” Ayah mengusap kepalaku lembut.
Sentuhan lembut yang ayah lakukan itu sama seperti seseorang yang telah melahirkanku yang kini tidak ada di kehidupanku lagi.
Sesaat kamarku hening, hanya detak jam dinding yang memenuhi kesunyian ini. Tiba-tiba sebuah tetes air mata terjatuh di pipiku, tapi kini bukan air mataku. Ayah, jelas ini air mata ayah! Ayah menghapus air matanya dan meninggalkan kamarku. Tak kurasa, isakan tangisku ini membuat mataku sangat berat hingga membuatku terlelap. *(Usrotun Hasanah)*
Kring... Kring... Kring...
Bunyi jam beker membangunkanku dari tidur lelapku. Kulihat jarum jam menunjukkan pukul 03.00 Wib. Seperti biasanya, aku menuju kamar mandi untuk mengambil wudu dan melaksanakan salat tahajud. Tidak seperti biasanya, aku sangat merindukan ibu. Mungkin ini adalah pertanda waktuku di dunia tidaklah lama lagi. Ku panjatkan doa untuk beliau dan ayah. Semoga kelak kami bisa bertemu di surga-Nya. *(Anis Surofah)*
Setelah sholat Tahajud aku tak bisa kembali memejamkan mata, padahal shubuh masih agak lama, aku membaringkan tubuhku, dan ternyata tak bisa kupejamkamkan juga mata ini.
Sayup- sayup kudengar suara tahrim masjid berbunyi.
"Ahh sudah subuh, padahal aku masih mengantuk"
Gumamku.
Akhirnya aku beranjak dari kamar dan masuk ke kamar mandi dan bergegas sholat subuh dan berencana setelah sholat subuh akan berolahraga sejenak sambil keliling komplek perumahan sambil menunggu matahari terbit.
*(Yuliani)*
Fajar mulai menyingsing, aku pun menghentikan langkahku sejenak. Aku tahu tenagaku sudah tidak kuat seperti dulu. Fonis yang diberikan dokter membuatku lemah secara fisik, namun aku menerimanya dengan ikhlas. Jalananenuju rumahku masih terlihat sepi. Aku pun merebahkan tubuhku di teras, dan ku ambil ponselku yang sejak dari tadi berbunyi terus notifikasi masuk. Lalu kudapati chat yang masuk dari Rayhan pacarku.
Rayhan: Ra, nanti siang aku jemput ya.
Aku hanya membalas dengan kata O.k *(Sri Ncie)*
Seperti biasa, kegiatanku di hari Minggu. Selepas _jogging_, aku membereskan rumah dan memasak untuk ayah. Mak Tuti, asisten rumah tanggaku libur setiap hari Minggu.
Sebenarnya, kami tidak butuh asisten rumah tangga. Tapi semenjak aku sakit, dokter selalu berpesan jika aku harus banyak istirahat.
"Yah, aku pamit keluar sebentar," pamitku pada ayah yang sedang membersihkan kebun di depan rumah.
"Mau kemana, Ra," tanya ayah sambil tersenyum melihat penampilanku yang rapi.
Aku tersipu malu ayah tersenyum seperti itu.
"Aira mau ketemu teman sebentar. Boleh kan, Yah?" aku merajuk.
Ayah pun mengangguk sambil berkata, "Hati-hati, Ra. Jangan pulang terlalu sore! Ingat, kamu tidak boleh lelah."
Kucium tangan ayah dan aku bergegas pergi dengan bahagia, karena sebentar lagi aku mau ketemu Rayhan.
*(Yayah Fatmiyati)* Aku keluar menuju gerbang. Rahyan pun sudah bersiap untuk mengajakku pergi ke tempat terindah. Ternyata Rahyan mengajakku ke taman bunga. Begitu indah suasana alam yang disuguhkan. Hatiku bahagia menyusuri tempat yang indah bersama sosok yang ku cintai. Hariku terasa lama saat ku bersamanya. Dia menyemangatiku, memberikan kekuatan dan ketulusan yang ku rasa. Sungguh aku masih betah di dunia ini. Harapku yaitu ingin bersama sosok yang ku cinta untuk waktu yang lama. Rahyan sosok yang berharga dihidupku. Aku berjalan melihat hamparan bunga. Rahyan memetik satu bunga yang mekar dan wangi. Aku tersenyum dan tetap dengan harap indah, semoga ini bukan bunga terakhir yang ia berikan aku masih ingin menghirup udara hari ini bersama sosoknya. Kami berfoto dengan berbagai fose. Tiba-tiba kepalaku pusing. Rahyan berkata "Kamu kenapa sayang? Tidak kenapa-napa aku baik-baik saja sayang. Tapi... wajahmu begitu pucat. Tidak aku baik-baik saja yuk kita duduk disana. *(Yuli Marsela)*
Rayhan memapahku menuju tempat duduk yang ada di dekat taman bunga. Ia mengajakku duduk tepat di sampingnya, sesaat ku menghela nafas panjang, tak terasa keringat dingin bercucuran keluar dari dahiku. " Ra, istirahatlah dulu, jangan banyak gerak biar stabil nafasmu sayang.", Ucap Rayhan. Aku sandarkan kepalaku di bahu Rayhan, tak terasa air mataku menetes. "Sayang , aku masih ingin bersamamu, menikmati setiap hal bersamamu, melahirkan anak-anak kita kelak." , Kataku ke Rayhan sambil tak terasa air mataku terus menetes membasahi pipiku. Memang bagiku Rayhan adalah semangatku yang selalu ada untukku.
Perlahan Rayhan duduk tepat di bawah tempat dudukku, ia memegang kedua pipiku sambil berkata, "Ra, kamu akan tetap tersenyum, melahirkan anak-anak kita, memasak untukku, membuatkan kopi setiap saat untukku." Sambil terus memandang kundengan tatapan yang begitu membuatku semakin terbuai dan serasa tak sanggup bila harus berpisah dengannya.
Perlahan matahari mulai menyembunyikan sinarnya dengan malu-malu, inilah saatnya kami kembali ke rumah, namun sebelum pulang seperti biasa kami mampir ke tempat makan langganan kami. *Asih awaffa florist*
Sesampai di rumah, Ayah langsung menghampiriku.
"Ra, mukamu pucat."
"Kamu kelelahan, Ra."
Sambil memapahku menuju kamar, ayah memperhatikan dengan seksama.
Bruk...
Sebelum sampai kamar, aku ambruk dalam dekapan ayah.
"Ya Allah..., Ra... Ra..." seru ayah panik.
Saat membuka mata, aku sudah berada dalam ruangan yang serba putih. Ayah tertidur di samping ranjang.
Ah, aku selalu merepotkan ayah. *(Ratna Yee)*
Ku lihat wajah ayah yang tertidur dengan penuh rasa cemas. Ayah memegang tanganku erat-erat. Seperti tak ingin melepaskanku pergi dari dunia ini.
Oh Tuhan.. Sebenarnya aku ingin selamanya bersama ayah. Namun aku merasa, waktuku tak lama lagi.
Aku tak bisa beraktivitas seperti orang-orang pada umumnya. Masa remajaku seakan habis di rumah sakit ini. Seandainya aku bisa meminta pada Tuhan,
Tolong berikan aku waktu dan membiarkan orang-orang di sekitarku bahagia saat aku tiada.
Ayah terbangun dari tidurnya dan membuyarkan semua lamunanku.
*(Aam Nurhasanah)*
Aku hanya bisa menatap kosong ruang yang serba putih.Kupandangi wajah lelah ayahku yang setiap saat harus menemaniku ketika rasa sakit itu datang.
Dalam hati aku berkata,"Maafkan aku ayah yang selalu merepotkanmu," tanpa terasa air mataku menetes.
Aku hanya bisa berharap semoga sakitku bisa semakin membaik. Andaipun aku harus pergi, aku ingin pergi dengan damai tanpa meninggalkan duka mendalam buat orang- orang yang mencintaiku.
Meski harus menahan sakit aku selalu berusaha tersenyum, karena senyumku bisa sedikit menghiburku dan mengurangi rasa sakitku.
*(Endang Giartiningrum)*
_"Mas Hendra ... Mas ..."_
Tiba-tiba terdengar suara memanggil ayah.
"Ayah, itu seperti suara tante Mira, _deh,"_ kataku pada ayah.
"Iya, betul. Ada apa dia pagi-pagi ke sini," jawab ayah bergegas keluar kamar.
Aku pun mengikuti ayah menyambut tante Mira.
"Mir, ada apa? Pagi-pagi masuk teriak-teriak segala," ujar ayah pada tante Mira yang kelihatannya tersengal-sengal seperti terburu-buru. Om Ardi yang berjalan di belakang tante Mira langsung duduk dengan muka agak _nekuk._
"Mas, Rayhan!" teriak tante Mira.
"Kenapa dengan Rayhan?" tanya ayah heran.
"Dia dibawa ke kantor polisi," jawab tante Mira sambil menatap wajah ayah dengan mata berkaca-kaca.
"Apa? Ini sudah kali ketiganya," jawab ayah sambil mengalihkan pandangan ke arah Om Ardi yang seakan _cuek._
*(Luluk Ernawati)*
"Reyhan ini memang terlalu, sudah berapa kali dia buat kekacauan seperti ini, memang seharusnya dia itu diberikan hukuman" kata Om Ardi ketus. Reyhan memang berkali-kali telah membuat masalah, tapi ini tidak menyurutkan cinta ku padanya, aku mau di akhir hidupku, masih ada seseorang yang mencintaiku sebagai kekasih yaitu Rayhan. Kupandangi wajah ayahku yang tampak sendu ketika mendengar Rayhan kekasihku berurusan dengan polisi *(Inna Nivanti)*
Rayhan, lelaki yang sangat kucintai memang suka membuat masalah, Tante Mira sangat menyayanginya bahkan memanjakannya. Itu mungkin yang membuat dia agak ugal-ugalan, suka membuat masalah. Dalam kegelisahanku, antara menahan sakit dan berita tentang Rayhan, kembali bayangan ibuku mendatangiku, mengelusku lembut membuatku semakin merindukannya. Aku teringat ketika beliau bercerita bahwa aku sebenarnya mempunyai seorang saudara, kakak lelaki yang diasuh oleh saudara ayahku. Kakakku pastilah seperti ayahku, sabar, penyanyang dan tegas, bukan sosok seperti Rayhan yang suka membuat masalah. Namun demikian aku tetap sangat mencintainya. "Ra..." Lembut suara ayah membuyarkan lamunanku. ( *Sunik Kartirahayu*)
Sore itu udara cukup dingin, ayah membawa segelas teh hangat untukku. Kutatap wajah ayah yang kusam mungkin karena capek, dalam keheningan aku menyela,
"Ayah...bolehkah aku mengatakan sesuatu," kupegang tangan ayah kutempelkan dipipiku.
Tentu putriku, katakanlah apa yang kau mau," jawab ayah sambil mengusap rambutku.
"Maafkan Aira Yah... kalau selama ini aku menyembunyikan sesuatu dari ayah," ucapku sambil kuletakkan kepalaku di pangkuan ayah.
"Ada apa putriku... katakanlah," ayah menatapku.
"Aku mencintai Rayhan Yah..." tanpa terasa air mataku berderai membasahi kedua pipiku.
"Apa?" ayah terperangah, kaget bagai disambar petir. *(Lilik Nur Kh)*
Suara ayah terdengar hingga ruang tamu tempat Tante Mira dan Om Ardi duduk. Mereka bergegas bangkit dan menuju ke kamar tempatku dan ayah berada.
"Ada apa, mas?" tanya Tante Mira pada ayah.
"Aira baru saja mengatakan kalau berpacaran dengan Reyhan, Mir." Jawab ayah sembari mengusap keningnya.
Tanpa berpikir panjang, Tante Mira mendekat padaku.
"Betul yang ayahmu bilang, Ra?" Tanyanya lembut seraya mengelus rambutku.
"Iya tante, Aira sangat mencintai Reyhan." Jawabku memelas.
"Tidak boleh, ini tak boleh terjadi!" Teriak ayahku mengagetkan suasana yang tadinya sendu di kamarku.
"Mas, pelan dan Jangan emosi dulu." Ucap Tante Mira pada ayah berusaha menenangkan.
Tante Mira pun mendekapku.
"Ra, ini memang tak boleh terjadi." "Kamu dan Reyhan adalah saudara kandung." "Memang ini semua kesalahan tante karena tak menceritakan semua ini dari awal" Tante Mira berusaha memberikan penjelasan padaku.
"Tidak, sekali Reyhan tetap Reyhan." Teriakku sambil kutatap wajaha semua orang yang ada di kamarku.
Kepalaku terasa pening dan tiba-tiba...
Pett....
*(Catur Rochman)*
Tiga hari aku opname di Rumah Sakit Central Medica di kotaku. Aku tak mau siapapun menjengukku, termasuk Rayhan. Ayah yang senantiasa mendampingiku dan merawatku selama aku sakit. Berkali-kali Rayhan ingin masuk ruangan. Tapi aku selalu menolak.
Mataku sembab karena hampir setiap waktu menangis. Ayah sedih melihat kondisiku.
Rayhan yang awalnya tidak mau menerima kenyataan akhirnya luluh juga hatinya. Ia lebih rasional. Kalaupun tidak bisa menjadi sepasang kekasih ia masih bisa menyayangiku sebagai adik kandungnya sendiri. Sedangkan aku masih belum bisa menerima kenyataan ini.
Waktu menunjukkan pukul 8 malam. Ayah meminta izin keluar sebentar untuk makan malam. Ia lantas berbicara kepada salah satu perawat.
"Suster, saya pamit sebentar mau cari makan malam. Saya titip Aira ya!" Perintah ayah kepada salah satu perawat.
Begitu ayah berlalu, tiba-tiba Rayhan masuk ruangan. Sudah lama sepertinya ia menunggu kesempatan ini. Kesempatan untuk bertemu aku, kekasih hatinya yang kini adalah adiknya tercinta.
Begitu ia membuka pintu kamar perawatan, Rayhan langsung melihatku yang sedang duduk.
"Rayhan!" Teriakku kaget
Rayhan langsung berlari memelukku. Lama sekali. Aku ingin melepasnya tapi aku justru merasa lebih tenang dan nyaman.
Pelukannya hangat. Tangannya mengelus kepalaku berulang kali dengan lembut sambil berkata,
"Kenyataan ini sangat sulit bagi kita. Tapi kita harus menerimanya."
Kalimat demi kalimat penenang meluncur dari mulutnya. Air mataku terus mengalir dari balik punggungnya hingga baju belakangnya basah.
"Ayah tak mampu merawat kita berdua secara bersamaan karena ibu kita meninggal. Kebetulan Tante Mira tidak punya anak. Ia memilih mengasuhku dengan syarat menyembunyikan identitas. Ia ingin aku menganggapnya sebagai ibu kandungnya sendiri. Ia takut kalau aku tahu akan pergi nya." Jelasnya dengan lembut.
Seminggu berlalu. Rayhan setiap hari mengunjungiku. Kadang ia memijitku dan menyuapiku. Bahkan membacakan novel baru yang baru ia beli untuk menghiburku.
"Kata dokter, kamu mengalami perkembangan yang bagus. Nafsu makan membaik. Bahkan berat badanmu naik 1 kg. Rambutmu juga sudah tidak rontok lagi. Kamu tambah cantik sekarang"
Manis sekali kata-kata itu. Aku melihat senyum bahagia itu terukir saat ia menatap mataku. Tapi aku tahu itu hanya untuk menghiburku. Waktuku mungkin tidak lama lagi. Setiap malam aku masih merasakan sakit yang luar biasa di kepalaku.
Sungguh perhatiannya semakin membuat aku tak rela melepasnya. Hanya saja sepertinya kematian memang yang terbaik. Jika aku hidup maka aku tidak akan sanggup menerima kenyataan bahwa ia adalah anak pertama dari ayah dan almarhumah ibuku.
Baru kemarin aku mendapat kebahagiaan bahwa Rayhan mencintaiku. Ia adalah laki-laki pertama yang kucintai. Tapi, kenapa semua itu harus berakhir begitu cepat? Kenapa aku harus tahu kebenaran ini?
Telah tiba saatnya rahasia besar terbongkar. Harapanku untuk hidup bersama Rayhan, kandas. Kisah manis terpaksa harus aku akhiri. Ribuan kenangan harus aku telan.
Aku hanya diam di ruang serba putih ini. Ada amarah yang tak mampu terluapkan. Ada banyak impian yang tak bisa teraih. Juga banyak rencana yang hanya berujung wacana.
Berlinang air mata di pipiku. Belum pernah aku merasa sejatuh cinta ini pada seseorang. Namun, dalam waktu yang sama semua harus berakhir.
Bukan karena ada pihak ketiga. Bukan karena hilang kepercayaan. Bukan karena tidak saling mencintai lagi.
Justru harus dipaksa berakhir di waktu puncak cinta menggelora. Ibarat burung, aku sedang terbang tinggi lalu sayapku patah dan aku harus jatuh terjungkal.
Dalam kesedihan yang mendalam, tiba-tiba aku melihat cahaya. Cahaya yang sangat lembut. Cahaya yang membuat aku nyaman, melayang dan menjadi yang paling terang di atas langit.
Kini aku berada di bawah hamparan tanah dengan taburan bunga di atasnya. Aku berada tepat di sebelah ibu. Aku sudah tenang bersama ibu. Selamat tinggal dunia.
_"Hidup tak selamanya terasa manis, tapi tak selamanya pula terasa pahit. Jika takdir sudah berkata, maka tidak ada yang mampu mengubahnya Kembali. Seperti layaknya kertas yang telah menjadi abu. Dalam hidup pasti ada liku-liku yang menemani kita. Begitu pun dengan cinta. Setiap cinta pasti ada kelok-kelok yang ingin menghancurkannya. Tapi, hanya cinta sejati yang mampu menahannya, karena cinta sejati akan selalu menanti kita sampai kita kembali dalam dekapan-Nya."_
Tak menyangka, dari cerpen bergilir ini telah menghasilkan karya yang luar biasa. Cerpen ini berakhir tragis karena tokoh Aku (Aira) meninggal dunia dan tidak bisa bersama dengan lelaki yang dicintainya (Reyhan) karena mereka adalah saudara kandung.
Para kontributor yang membuat cerpen ini merasa baper dan merasakan kesedihan yang luar biasa. Saya sampai memberi emoticon tangisan yang sangat banyak.
Dengan diadakannya menulis estafet cerpen ini bertujuan agar peserta terbiasa menyambungkan kalimat sebelumnya sehingga menjadi paragraf yang padu.
Sangat tertantang sekali sebagai pendatang baru di Komunitas Aksara Bermakna. Semoga besok saya bisa menaklukkan tantangan yang lainnya. Amin.
#Day4NovAISEIWritingChallange
Rabu, 04 November 2020
THE MAGIC OF THINKING BIG
The Magic of Thinking Big (Berpikir dan Berjiwa Besar) adalah buah karya seorang penulis terkenal dan best seller di Amerika yang bernama David Joseph Schwartz, Ph.D. yang bukunya sudah terjual hampir 6juta exsemplar. Hebat bukan? Wah jadi mimpi nih jika karya kita bisa terjual begitu banyaknya. Tapi untuk penulis pemula sperti saya, jual 62 exemplar sudah bangga luar biasa. Hehehe.
Awal kisah saya menemukan penulis motivasi hebat ini sebenarnya dari Pak Budi Idris. Beliau adalah seorang anggota grup buku antologi menulis bersama bu Kanjeng. Naskahnya sangat bagus dan sangat memotivasi. Saya jadi semakin semangat setelah dipercaya menjadi kurator teman-teman grup menulis Omjay untuk mendokumentasikan tulisan peserta bersama bu Kanjeng.
Setelah membaca naskah Pak Budi Idris, saya langsung membuka gawai dan mencari informasi terkait penulis buku fenomenal satu ini. Ternyata riset membuktikan bahwa David J. Schwartz ini adalah seorang profesor di Georgia State University dan dianggap sebagai otoritas Amerika terkemuka di bidang motivasi. Di dalam buku ini berisi tentang langkah-langkah bagaimana mencapai apa yang diinginkan dengan mengubah pola pikir yang negatif dan membuat keputusan yang lebih baik untuk masa depan.
Meskipun penulis kelahiran 6 Desember 1927 ini telah meninggal pada usia 60 tahun, karyanya tetap dicetak ulang dan masih dapat dinikmati sampai sekarang. Begitulah asyiknya menulis buku. Mungkin saat kita tiada, anak cucu akan mewarisi tulisan kita. Bahkan sampai kita sudah di surga, anak cicit kita akan mendapatkan royaltinya. Sungguh investasi yang sangat berharga untuk kita semua.
Bahagia sekali bila menemukan hal-hal baru kemudian saya tulis dalam blog. Misalnya saat saya membaca tulisan Pak Budi, saya tuangkan lagi dalam blog. Sore tadi juga ada kabar bahwa buku saya yang berjudul Mengukir Mimpi Jadi Penulis Hebat, sudah mendarat dengan selamat ke rumah Omjay, dan Kang Mul Jozz. Semoga buku-buku saya yang masih antri di jalan, akan mendarat pula dengan selamat.
Ayo kita tulis ide yang berserak di sekitar kita dengan menuliskannya ke dalam blog. Itu akan mengasah keterampilan kita untuk produktif menulis. Jadi, tetap semangat menulis ya. Menulislah, maka engkau ada. Ikatlah ilmu dengan menuliskannya. Biarkan tulisanmu menemukan takdirnya. Salam literasi.
Blogger Inspiratif
Aam Nurhasanah, S.Pd.
#Day1NovAISEIWritingChallange
Sabtu, 31 Oktober 2020
SBGB UNJ
Saya ingat sekali pesan Omjay, di masa pandemi ini, mari luangkan waktu untuk belajar. Jangan niat mencari sertifikat. Tapi ikatlah ilmu yang di dapat dengan menuliskannya. Saya sangat mengerti pesan Omjay. Apalah arti sebuah sertifikat yang hanya sebatas selembaran kertas. Ilmu yang di dapat adalah yang paling penting karena bisa bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan.
Zoom tadi diadakan oleh Universitas UNJ dan disiarkan pula di siaran youtube. Di sesi kegiatan awal, kami para peserta sangat terganggi sekali dengan suara admin yang lupa di unmute sehingga pas materi tidan bisa menyimak dengan jelas. Alhamdulillah, satu jam ke depan akhirnya panitia menyadarinya dan kelas Pun berjalan dengan lancar.
Ada dua narasumber hebat yang mengisi kegiatan tadi siang. Pertama adalah Prof. Bambang dan yang kedua adalah Prof. Zajnal. Prof.Bambang lebih menekankan ke pemakaian bahasa tulis/tuturan yang digunakan dalam semantik(arti) dan pragmatik(maksud).
Prof. Zainal memberikan 10 jenis macrostrategis.
Berikut link siaran youtubenya.
Terimakasih untuk panitia, moderator, dan narasumber yang tadi siang sudah mau berbagi ilmu yang luar biasa. Sangat berharga sekali ilmu yang di dapat. Membuka wawasan baru tentang semantik, pragmatik, dan macrostrategis. Semoga peserta lain bisa mengikat ilmunya dan tidak sekadar berburu sertifikat gratis.
Salam Blogger Inspiratif
Aam Nurhasanah, S.Pd
# Day25AISEIWritingChallange
Kamis, 29 Oktober 2020
BUDAYAKAN TRADISI NGATIR
Pagi tadi tepatnya 12 Mulud(hari kelahiran Nabi Muhammad) diadakan tradisi ngatir (bertukar makanan). Tradisi ini masih dipertahankan di daerah Lebak, tepatnya Kp.Gajrug dan sekitar Cipanas Lebak. Tradisi ini dilakukan untuk memeriahkan maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Kegiatan ngatir dilakukan sebagai ucapan rasa syukur terutama untuk saling berbagi rezeki dan untuk mempererat tali silaturahmi tetap terjaga antar sesama.
Ciri yang khas dalam tradisi ngatir yaitu ada ayam bakakak dan berbagai makanan yang menemani isi bakul. Bisa telur ayam, kentang, timun, sarimi, minyak, minuman, yang biasanya isinya 7 macam. Isi bakulnya semampu kita. Tidak di taktor dan tidak ditentukan. Yang penting niat berbagi itu point yang paling penting dalam tradisi ini.
Tradisi ngatir ini biasanya dilakukan dua kali selama satu tahun yaitu pada tanggal 12 Mulud dan 15 Ruwah. Pokoknya seru sekali. Semua warga membawa nasi dalam bakul yang isinya banyak sekali. Kerap kali anak-anak disekitar ikut merayakan dengan berbondong-bondong membawa nasi baku ke mesjid besar yang dijadikan tempat berkumpulnya bakul nasi. Setelah bakul nasi terkumpul di masjid, para warga berdoa bersama, setelah itu bakulnya dibagikan lagi dengan cara ditukar dengan bakul yang lain.
Isi bakul ngatir biasanya dibagikan setengahnya. Sebagian lagi diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan seperti anak yatim piatu, janda, dan orang lain yang lebih membutuhkan. Tradisi ini asyik sekali. Mengajarkan kepada sesama untuk saling berbagi. Semoga kita semua diberikan rezeki dan bisa berbagi lagi di tahun depan. Semangat ngatir.
Salam Blogger Inspiratif
Aam Nurhasanah, S.Pd.
#Day23AISEIWritingChallange
Challenge Resensi Buku “ Kisah Serdadu-serdadu Kecil”
Sumber: www.wijayalabs.com Resensi Buku “ Kisah Serdadu-serdadu Kecil” Hai sobat Lage, hari ini saya mendapat kejutan buku karena suda...
-
BIONARASI Profilku Aam Nurhasanah, S.Pd. Lahir di Cipanas, tanggal 12 Agustus 1988...
-
RCB WATER PARK adalah kolam renang yang terletak di Cikopomayak, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor. Dari rumahku Kp.Gajrug ke Jasinga, ki...
-
Buku pantun perdana "Begitu banyak kisah yang telah kita lalui, namun ketika mau menuliskannya, kita bingung dari mana harus memulai...